PEMBAHASAN KISI-KISI
UKG ONLINE 2015 PKN SMP/MTS
KOMPETENSI UTAMA : PEDAGOGIK
Kompetensi Inti
5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran
Kompetensi Guru Mapel
5.1. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran yang diampu.
Indikator Esensial
5.1.1. Memanfaatkan TIK dalam pembelajaran mata pelajaran PPKn.
Pemanfaatan TIK dalam Pembelajaran PPKn
Perkembangan TIK telah memberikan pengaruh terhadap
dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Menurut
Rosenberg (2001) dengan berkembangnya penggunaan TIK ada lima pergeseran dalam
proses pembelajaran yaitu:
- Dari pelatihan ke penampilan,
- Dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja,
- Dari kertas ke “on line” atau saluran,
- Fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja,
- Dari waktu siklus ke waktu nyata.
Komunikasi
sebagai media pendidikan dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi
seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dsb. Interaksi antara guru dan
siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan
dengan menggunakan media-media tersebut. Guru dapat memberikan layanan tanpa
harus berhadapan langsung dengan siswa. Demikian pula siswa dapat memperoleh
informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau
ruang maya dengan menggunakan komputer atau internet.
Hal yang paling mutakhir adalah
berkembangnya apa yang disebut “cyber teaching” atau pengajaran maya, yaitu
proses pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan internet. Istilah lain yang
makin poluper saat ini ialah e-learning yaitu satu model pembelajaran dengan
menggunakan media teknologi komunikasi dan informasi khususnya internet.
Menurut Rosenberg (2001; 28), e-learning merupakan satu penggunaan teknologi
internet dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang belandaskan
tiga kriteria yaitu:
- e-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan,
mendistribusi dan membagi materi ajar atau informasi.
- Pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan menggunakan
teknologi internet yang standar.
- Memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di balik
paradigma pembelajaran tradisional.
Saat
ini e-learning telah berkembang dalam berbagai model pembelajaran yang berbasis
TIK seperti: CBT (Computer Based Training), CBI (Computer Based Instruction),
Distance Learning, Distance Education, CLE (Cybernetic Learning Environment),
Desktop Videoconferencing, ILS (Integrated Learning Syatem), LCC
(Learner-Cemterted Classroom), Teleconferencing, WBT (Web-Based Training), dsb.
Satu
bentuk produk TIK adalah internet yang berkembang pesat di penghujung abad 20
dan di ambang abad 21. Kehadirannya telah memberikan dampak yang cukup besar
terhadap kehidupan umat manusia dalam berbagai aspek dan dimensi. Internet
merupakan salah satu instrumen dalam era globalisasi yang telah menjadikan
dunia ini menjadi transparan dan terhubungkan dengan sangat mudah dan cepat
tanpa mengenal batas-batas kewilayahan atau kebangsaan. Melalui internet setiap
orang dapat mengakses ke dunia global untuk memperoleh informasi dalam berbagai
bidang dan pada glirannya akan memberikan pengaruh dalam keseluruhan
perilakunya. Dalam kurun waktu yang amat cepat beberapa dasawarsa terakhir
telah terjadi revolusi internet di berbagai negara serta penggunaannya dalam
berbagai bidang kehidupan. Keberadaan internet pada masa kini sudah merupakan
satu kebutuhan pokok manusia modern dalam menghadapi berbagai tantangan
perkembangan global. Kondisi ini sudah tentu akan memberikan dampak terhadap
corak dan pola-pola kehidupan umat manusia secara keseluruhan. Dalam kaitan
ini, setiap orang atau bangsa yang ingin lestari dalam menghadapi tantangan
global, perlu meningkatkan kualitas dirinya untuk beradaptasi dengan tuntutan
yang berkembang.
TIK
telah mengubah wajah pembelajaran yang berbeda dengan proses pembelajaran tradisional
yang ditandai dengan interaksi tatap muka antara guru dengan siswa baik di kelas maupun
di luar kelas. Di masa-masa mendatang, arus informasi akan makin meningkat
melalui jaringan internet yang bersifat global di seluruh dunia dan menuntut
siapapun untuk beradaptasi dengan kecenderungan itu kalau tidak mau ketinggalan
jaman. Dengan kondisi demikian maka pendidikan khususnya proses pembelajaran
cepat atau lambat tidak dapat terlepas dari keberadaan komputer dan internet
sebagai alat bantu utama.
Majalah Asiaweek terbitan 20-27 Agustus 1999 telah
menurunkan tulisan-tulisan dalam tema “Asia in the New Millenium” yang
memberikan gambaran berbagai kecenderungan perkembangan yang akan terjadi di
Asia dalam berbagai aspek seperti ekonomi, politik, agama, sosial, budaya,
kesehatan, pendidikan, dsb. termasuk di dalamnya pengaruh revolusi internet
dalam berbagai dimensi kehidupan. Salah satu tulisan yang berkenaan dengan
dunia pendidikan disampaikan oleh Robin Paul Ajjelo dengan judul “Rebooting:The
Mind Starts at School”.
Dalam tulisan tersebut dikemukakan bahwa ruang kelas di
era millenium yang akan datang akan jauh berbeda dengan ruang kelas seperti
sekarang ini yaitu dalam bentuk seperti laboratorium komputer di mana tidak
terdapat lagi format anak duduk di bangku dan guru berada di depan kelas. Ruang
kelas di masa yang akan datang disebut sebagai “cyber classroom” atau “ruang
kelas maya” sebagai tempat anak-anak melakukan aktivitas pembelajaran secara
individual maupun kelompok dengan pola belajar yang disebut “interactive
learning” atau pembelajaran interaktif melalui komputer dan internet. Anak-anak
berhadapan dengan komputer dan melakukan aktivitas pembelajaran secara
interaktif melalui jaringan internet untuk memperoleh materi belajar dari
berbagai sumber belajar.
Anak akan melakukan kegiatan belajar yang sesuai
dengan kondisi kemampuan individualnya sehingga anak yang lambat atau cepat
akan memperoleh pelayanan pembelajaran yang sesuai dengan dirinya. Kurikulum
dikembangkan sedemikian rupa dalam bentuk yang lebih kenyal atau lunak dan
fleksibel sesuai dengan kondisi lingkungan dan kondisi anak sehingga memberikan
peluang untuk terjadinya proses pembelajaran maju berkelanjutan baik dalam
dimensi waktu maupun ruang dan materi. Dalam situasi seperti ini, guru
bertindak sebagai fasilitator pembelajaran sesuai dengan peran-peran
sebagaimana dikemukakan di atas.
Hal
itu menunjukkan bahwa segala kelengkapan anak sekolah di masa itu nanti berupa
perlengkapan yang bernuansa internet sebagai alat bantu belajar. Meskipun
teknologi informasi komunikasi dalam bentuk komputer dan internet telah
terbukti banyak menunjang proses pembelajaran anak secara lebih efektif dan
produktif, namun di sisi lain masih banyak kelemahan dan kekurangan. Dari sisi
kegairahan kadang-kadang anak-anak lebih bergairah dengan internetnya itu
sendiri dibandingkan dengan materi yang dipelajari. Dapat juga terjadi proses
pembelajaran yang terlalu bersifat individual sehingga mengurangi pembelajaran
yang bersifat sosial.
Dari aspek informasi yang diperoleh, tidak terjamin
adanya ketepatan informasi dari internet sehingga sangat berbahaya kalau anak
kurang memiliki sikap kritis terhadap informasi yang diperoleh. Bagi anak-anak
sekolah dasar penggunaan internet yang kurang proporsional dapat mengabaikan
peningkatan kemampuan yang bersifat manual seperti menulis tangan, menggambar,
berhitung, dsb. Dalam hubungan ini guru perlu memiliki kemampuan dalam
mengelola kegiatan pembelajaran secara proporsional dan demikian pula perlunya
kerjasama yang baik dengan orang tua untuk membimbing anak-anak belajar di
rumah masing-masing.
Pergeseran
pandangan tentang pembelajaran untuk dapat memanfaatkan TIK dalam memperbaiki
mutu pembelajaran, ada tiga hal yang harus diwujudkan yaitu:
- Siswa dan guru harus memiliki akses kepada teknologi digital dan internet dalam
kelas, sekolah, dan lembaga pendidikan guru.
- Harus tersedia materi yang berkualitas, bermakna, dan dukungan kultural bagi
siswa dan guru.
- Guru harus memilikio pengetahuan dan ketrampilan dalam menggunakan alat-alat
dan sumber-sumber digital untuk membantu siswa agar mencaqpai standar akademik.
Sejalan
dengan pesatnya perkembangan TIK, maka telah terjadi pergeseran pandangan
tentang pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. Dalam pandangan
tradisional di masa lalu (dan masih ada pada masa sekarang), proses
pembelajaran dipandang sebagai:
- Sesuatu yang sulit dan berat.
- Upaya mengisi kekurangan siswa.
- Satu proses transfer dan penerimaan
informasi.
- Proses individual atau soliter.
- Kegiatan yang dilakukan dengan menjabarkan
materi pelajaran kepada satuan-satuan kecil dan terisolasi.
- Suatu proses linear.
Sejalan
dengan perkembangan TIK telah terjadi perubahan pandangan mengenai pembelajaran
yaitu pembelajaran sebagai:
- Proses alami.
- Proses sosial.
- Proses aktif dan pasif.
- Proses linear dan atau tidak linear.
- Proses yang berlangsung integratif dan kontekstual.
- Aktivitas yang berbasis pada model kekuatan, kecakapan, minat, dan kulktur
siswa.
- Aktivitas yang dinilai berdasarkan pemenuhan tugas, perolehan hasil, dan pemecahan
masalah nyata baik individual maupun kelompok.
Hal
itu telah menguban peran guru dan siswa dalam pembelajaran. Peran guru telah
berubah dari:
- ebagai penyampai pengetahuan, sumber utama informasi, akhli materi, dan sumber
segala jawaban, menjadi sebagai fasilitator pembelajaran, pelatih, kolaborator,
navigator pengetahuan, dan mitra belajar;
- dari mengendalikan dan mengarahkan semua aspek pembelajaran, menjadi lebih
banyak memberikan lebih banyak alternatif dan tanggung jawab kepada setiap
siswa dalam proses pembelajaran.
Sementara
itu peran siswa dalam pembelajaran telah mengalami perubahan yaitu:
- dari penerima informasi yang pasif menjadi
partisipan aktif dalam proses pembelajaran,
- dari mengungkapkan kembali pengetahuan
menjadi menghasilkan dan berbagai pengetahuan,
- dari pembelajaran sebagai aktiivitas
individual (soliter) menjadi pembelajaran berkolaboratif dengan siswa lain.
Kreativitas
dan kemandirian belajar
Dengan
memperhatikan pengalaman beberapa negara sebagaimana dikemukakan di atas, jelas
sekali TIK mempunyai pengaruh yang cukup berarti terhadap proses dan hasil
pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. TIK telah memungkinkan
terjadinya individuasi, akselerasi, pengayaan, perluasan, efektivitas dan
produktivitas pembelajaran yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas
pendidikan sebagai infrastruktur pengembangan sumber daya manusia secara
keseluruhan. Melalui penggunaan TIK setiap siswa akan terangsang untuk belajar
maju berkelanjutan sesuai dengan potensi dan kecakapan yang dimilikinya.
Pembelajaran dengan menggunakan TIK menuntut kreativitas dan kemandirian diri
sehingga memungkinkan mengembangkan semua potensi yang dimilikinya.
Dalam
menghadapi tantangan kehidupan modern di abad-21 ini kreativitas dan
kemandirian sangat diperlukan untuk mampu beradaptasi dengan berbagai tuntutan.
Kreativitas sangat diperlukan dalam hidup ini dengan beberapa alasan antara
lain: pertama, kreativitas memberikan peluang bagi individu untuk
mengaktualisasikan dirinya, kedua, kreativitas memungkinkan orang dapat
menemukan berbagai alternatif dalam pemecahan masalah, ketiga, kreativitas
dapat memberikan kepuasan hidup, dan keempat, kreativitas memungkinkan manusia
meningkatkan kualitas hidupnya. Dari segi kognitifnya, kreativitas merupakan kemampuan berfikir yang memiliki
kelancaran, keluwesan, keaslian, dan perincian. Sedangkan dari segi afektifnya
kreativitas ditandai dengan motivasi yang kuat, rasa ingin tahu, tertarik dengan
tugas majemuk, berani menghadapi resiko, tidak mudah putus asa, menghargai
keindahan, memiliki rasa humor, selalu ingin mencari pengalaman baru,
menghargai diri sendiri dan orang lain, dsb.
Karya-karya kreatif ditandai
dengan orisinalitas, memiliki nilai, dapat ditransformasikan, dan dapat
dikondensasikan. Selanjutnya kemandirian sangat diperlukan dalam kehidupan yang
penuh tantangan ini sebab kemandirian merupakan kunci utama bagi individu untuk
mampu mengarahkan dirinya ke arah tujuan dalam kehidupannya. Kemandirian
didukung dengan kualitas pribadi yang ditandai dengan penguasaan kompetensi
tertentu, konsistensi terhadap pendiriannya, kreatif dalam berfikir dan
bertindak, mampu mengendalikan dirinya, dan memiliki komitmen yang kuat
terhadap berbagai hal.
Dengan memperhatikan ciri-ciri kreativitas dan
kemandirian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa TIK memberikan peluang untuk
berkembangnya kreativitas dan kemandirian siswa. Pembelajaran dengan dukungan
TIK memungkinkan dapat menghasilkan karya-karya baru yang orsinil, memiliki
nilai yang tinggi, dan dapat dikembangkan lebih jauh untuk kepentingan yang
lebih bermakna. Melalui TIK siswa akan memperoleh berbagai informasi dalam
lingkup yang lebih luas dan mendalam sehingga meningkatkan wawasannya. Hal ini
merupakan rangsangan yang kondusif bagi berkembangnya kemandirian anak terutama
dalam hal pengembangan kompetensi, kreativitas, kendali diri, konsistensi, dan
komitmennya baik terhadap diri sendiri maupun terhadap pihak lain.
Peran
guru
Semua hal itu tidak akan terjadi dengan
sendirinya karena setiap siswa memiliki kondisi yang berbeda antara satu dengan
lainnya. Siswa memerlukan bimbingan baik dari guru maupun dari orang tuanya
dalam melakukan proses pembelajaran dengan dukungan TIK. Dalam kaitan ini guru
memegang peran yang amat penting dan harus menguasai seluk beluk TIK dan yang
lebih penting lagi adalah kemampuan memfasilitasi pembelajaran anak secara
efektif. Peran guru sebagai pemberi informasi harus bergeser menjadi manajer
pembelajaran dengan sejumlah peran-peran tertentu, karena guru bukan
satu-satunya sumber informasi melainkan hanya salah satu sumber informasi.
Dalam bukunya yang berjudul “Reinventing Education”, Louis V. Gerstmer, Jr. dkk
(1995), menyatakan bahwa di masa-masa mendatang peran-peran guru
mengalami perluasan yaitu guru sebagai: pelatih (coaches), konselor, manajer
pembelajaran, partisipan, pemimpin, pembelajar, dan pengarang. Sebagai pelatih
(coaches), guru harus memberikan peluang yang sebesar-besarnya bagi siswa untuk
mengembangkan cara-cara pembelajarannya sendiri sesuai dengan kondisi
masing-masing. Guru hanya memberikan prinsip-prinsip dasarnya saja dan tidak
memberikan satu cara yang mutlak. Hal ini merupakan analogi dalam bidang olah
raga, di mana pelatih hanya memberikan petunjuk dasar-dasar permainan,
sementara dalam permainan itu sendiri para pemain akan mengembangkan
kiat-kiatnya sesuai dengan kemampuan dan kondisi yang ada. Sebagai konselor,
guru harus mampu menciptakan satu situasi interaksi belajar-mengajar, di mana
siswa melakukan perilaku pembelajaran dalam suasana psikologis yang kondusif
dan tidak ada jarak yang kaku dengan guru.
Disamping itu, guru diharapkan mampu
memahami kondisi setiap siswa dan membantunya ke arah perkembangan optimal.
Sebagai manajer pembelajaran, guru memiliki kemandirian dan otonomi yang
seluas-luasnya dalam mengelola keseluruhan kegiatan belajar-mengajar dengan
mendinamiskan seluruh sumber-sumber penunjang pembelajaran. Sebagai partisipan,
guru tidak hanya berperilaku mengajar akan tetapi juga berperilaku belajar dari
interaksinya dengan siswa. Hal ini mengandung makna bahwa guru bukanlah
satu-satunya sumber belajar bagi anak, akan tetapi ia sebagai fasilitator
pembelajaran siswa. Sebagai pemimpin, diharapkan guru mampu menjadi seseorang yang
mampu menggerakkan orang lain untuk mewujudkan perilaku menuju tujuan bersama.
Disamping sebagai pengajar, guru harus mendapat kesempatan untuk mewujudkan
dirinya sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam berbagai kegiatan lain di
luiar mengajar. Sebagai pembelajar, guru harus secara terus menerus belajar
dalam rangka menyegarkan kompetensinya serta meningkatkan kualitas
profesionalnya. Sebagai pengarang, guru harus selalu kreatif dan inovatif
menghasilkan berbagai karya yang akan digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas
profesionalnya. Guru yang mandiri bukan sebagai tukang atau teknisi yang harus
mengikuti satu buku petunjuk yang baku, melainkan sebagai tenaga yang kreatif
yang mampu menghasilkan berbagai karya inovatif dalam bidangnya. Hal itu harus didukung
oleh daya abstraksi dan komitmen yang tinggi sebagai basis kualitas
profesionalismenya.
Download
Semoga Lancar & Sukses