PEMBAHASAN KISI-KISI
UKG ONLINE 2015 PKN SMP/MTS
KOMPETENSI UTAMA : PEDAGOGIK
Kompetensi Inti
2. Mengua sai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
Kompetensi Guru Mapel
2.1. Memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik terkait dengan mata pelajaran yang diampu.
Indikator Esensial
2.1.1. Menunjukkan teori-teori belajar mata pelajaran PPKn.
Teori-teori Belajar dalam PPKn
Menurut John Locke, manusia itu merupakan organisme pasif. Dengan
teori tabularasanya, Locke menganggap bahwa manusia itu seperti kertas
putih, hendak ditulisi apa kertas itu sangat tergantung pada orang yang
menulisnya. Dari pandangan yang mendasar tentang hakikat manusia itu,
memunculkan aliran belajar behavioristik-elementeristik.
Berbeda
dengan pandangan Locke, Leibnitz mengaggap bahwa manusia adalah
organisme yang aktif. Manusia merupakan sumber daripada semua kegiatan.
Pada hakikatnya manusia bebas untuk berbuat; manusia bebas untuk membuat
suatu pilihan dalam setiap situasi. Titik pusat kebebasan ini adalah
kesadarannya sendiri. Menurut aliran ini tingkah laku manusia hanyalah
ekspresi yang dapat diamati sebagai akibat dari eksistensi internal
yang pada hakikatnya bersifat pribadi. Pandangan hakikat manusia
menurut pandangan Leibnitz ini kemudian melahirkan aliran belajar
kognitif-holistik.
Teori-teori belajar yang termasuk ke dalam kelompok behavioristik di antaranya :
- Koneksionisme, dengan tokohnya Thorndike.
- Classical conditioning, dengan tokohnya Pavlop.
- Operant conditioning, yang dikembangkan oleh Skinner.
- Systematic behavior, yang dikembangkan oleh Hull.
- Contiguous conditioning, yang dikembangkan oleh Guthrie.
Teori-teori yang termasuk ke dalam kelompok kognitif-holistik di antaranya :
- Teori Gestalt, dengan tokohnyas Kofka, Kohler, dan Wertheimer.
- Teori Medan (Field Theory), dengan tokoh Lewin.
- Teori Organismik, yang dikembangkan oleh Wheeler.
- Teori Humanistik, dengan tokohnya Maslow dan Rogers.
- Teori Konstruktivistik, dengan tokohnya Jean Piaget.
Macam-macam teori belajar:
1. Teori Belajar Menurut Thorndike (Teori Koneksionisme)
Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya
asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S)
dengan respon (R ). Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan
eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk beraksi
atau berbuat sedangkan respon dari adalah sembarang tingkah laku yang
dimunculkan karena adanya perangsang. Bentuk paling dasar dari belajar
adalah “trial and error learning atau selecting and connecting learning”
dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu. Oleh karena itu teori
belajar yang dikemukakan oleh Thorndike ini sering disebut dengan teori
belajar koneksionisme atau teori asosiasi.
Thorndike menemukan hukum-hukum belajar sebagai berikut :
a. Hukum Kesiapan (law of readiness), yaitu semakin siap suatu
organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan
tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan individu sehingga
asosiasi cenderung diperkuat. Prinsip pertama teori koneksionisme
adalah belajar suatu kegiatan membentuk asosiasi (connection) antara
kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak.Masalah-masalah yang terjadi dalam hukum Law of Readiness:
1) Masalah pertama hukum law of readiness adalah jika kecenderungan
bertindak dan orang melakukannya, maka ia akan merasa puas. Akibatnya,
ia tak akan melakukan tindakan lain.
2) Masalah kedua, jika ada
kecenderungan bertindak, tetapi ia tidak melakukannya, maka timbullah
rasa ketidakpuasan. Akibatnya, ia akan melakukan tindakan lain untuk
mengurangi atau meniadakan ketidakpuasannya.
3) Masalah ketiganya
adalah bila tidak ada kecenderungan bertindak padahal ia melakukannya,
maka timbullah ketidakpuasan. Akibatnya, ia akan melakukan tindakan lain
untuk mengurangi atau meniadakan ketidakpuasannya.
b. Hukum
Latihan (law of exercise), yaitu semakin sering tingkah laku diulang/
dilatih (digunakan) , maka asosiasi tersebut akan semakin kuat.
Prinsip law of exercise adalah koneksi antara kondisi (yang merupakan
perangsang) dengan tindakan akan menjadi lebih kuat karena
latihan-latihan, tetapi akan melemah bila koneksi antara keduanya tidak
dilanjutkan atau dihentikan. Prinsip menunjukkan bahwa prinsip utama
dalam belajar adalah ulangan. Makin sering diulangi, materi pelajaran
akan semakin dikuasai.
c) Hukum akibat (law of effect), yaitu
hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan
dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan. Hukum ini
menunjuk pada makin kuat atau makin lemahnya koneksi sebagai hasil
perbuatan. Suatu perbuatan yang disertai akibat menyenangkan cenderung
dipertahankan dan lain kali akan diulangi. Sebaliknya, suatu perbuatan
yang diikuti akibat tidak menyenangkan cenderung dihentikan dan tidak
akan diulangi.
2. Teori Belajar Menurut Skinner
B.F. Skinner
dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model instruksi
langsung dan meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant
conditioning. Operant Conditioning adalah suatu proses perilaku operant
(penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku
tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.
Skinner mengatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah
penguatan. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan
stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi
penguatan ini menjadi dua yaitu penguatan positif dan penguatan
negatif. Bentuk bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku, atau
penghargaan. Bentuk bentuk penguatan negatif antara lain menunda atau
tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan
perilaku tidak senang.
Beberapa prinsip Skinner antara lain :
a. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika bebar diberi penguat.
b. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
c. Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
d. Dalam proses pembelajaran, tidak digunkan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah, untuk menghindari adanya hukuman.
e. Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktifitas sendiri.
f, Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah.
g. Dalam pembelajaran digunakan shaping.
3. Teori Belajar Menurut Robert M. Gagne
Gagne membagi proses belajar berlangsung dalam empat fase utama, yaitu
- Fase Receiving the stimulus situation (apprehending),
merupakan fase seseorang memperhatikan stimulus tertentu kemudian
menangkap artinya dan memahami stimulus tersebut untuk kemudian
ditafsirkan sendiri dengan berbagai cara.
- Fase Stage of Acquition,
pada fase ini seseorang akan dapat memperoleh suatu kesanggupan yang
belum diperoleh sebelumnya dengan menghubung-hubungkan informasi yang
diterima dengan pengetahuan sebelumnya.
- Fase storage/retensi
adalah fase penyimpanan informasi, ada informasi yang disimpan dalam
jangka pendek ada yang dalam jangka panjang, melalui pengulangan
informasi dalam memori jangka pendek dapat dipindahkan ke memori jangka
panjang.
- Fase Retrieval/Recall, adalah fase mengingat kembali atau memanggil kembali informasi yang ada dalam memori.
Kemudian ada fase-fase lain yang dianggap tidak utama, yaitu :
e. Fase motivasi sebelum pelajaran dimulai guru memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar.
f.
Fase generalisasi adalah fase transfer informasi, pada situasi-situasi
baru, agar lebih meningkatkan daya ingat, siswa dapat diminta
mengaplikasikan sesuatu dengan informasi baru tersebut.
g.
Fase penampilan adalah fase dimana siswa harus memperlihatkan sesuatu
penampilan yang nampak setelah mempelajari sesuatu, seperti mempelajari
struktur kalimat dalam bahasa mereka dapat membuat kalimat yang benar.
h. Fase umpan balik, siswa harus diberikan umpan balik dari apa yang telah ditampilkan (reinforcement).
4. Teori Belajar Menurut Bruner
Bruner
menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan
manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar informasi yang diberikan
kepada dirinya.
Agar
pembelajaran dapat mengembangkan keterampilan intelektual anak dalam
mempelajari sesuatu pengetahuan (misalnya suatu konsep matematika), maka
materi pelajaran perlu disajikan dengan memperhatikan tahap
perkembangan kognitif/ pengetahuan anak agar pengetahuan itu dapat
diinternalisasi dalam pikiran (struktur kognitif) orang tersebut.
Proses
internalisasi akan terjadi secara sungguh-sungguh (yang berarti proses
belajar terjadi secara optimal) jika pengetahuan yang dipelajari itu
dipelajari dalam tiga model tahapan yaitu model tahap enaktif, model
ikonik dan model tahap simbolik.
- Model
Tahap Enaktif. Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui
tindakan anak secara langsung terlibat dalam memanipulasi
(mengotak-atik) objek. Pada tahap ini anak belajar sesuatu pengetahuan
di mana pengetahuan itu dipelajari secara aktif, dengan menggunakan
benda-benda konkret atau menggunakan situasi yang nyata.
- Model
Tahap Ikonik.Tahap ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu
pengetahuan di mana pengetahuan itu direpresentasikan (diwujudkan) dalam
bentuk bayangan visual (visual imaginery), gambar, atau diagram, yang
menggambarkan kegiatan kongkret atau situasi kongkret yang terdapat pada
tahap enaktif.
- Model
Tahap Simbolis.Dalam tahap ini bahasa adalah pola dasar simbolik, anak
memanipulasi simbul-simbul atau lambang-lambang objek tertentu. Pada
tahap simbolik ini, pembelajaran direpresentasikan dalam bentuk
simbol-simbol abstrak (abstract symbols), yaitu simbol-simbol arbiter
yang dipakai berdasarkan kesepakatan orang-orang dalam bidang yang
bersangkutan, baik simbol-simbol verbal (misalnya huruf-huruf,
kata-kata, kalimat-kalimat), lambang-lambang matematika, maupun
lambang-lambang abstrak yang lain.
5. Teori belajar Menurut Piaget
Dalam
pandangan Piaget, terdapat dua proses yang mendasari perkembangan dunia
individu, yaitu pengorganisasian dan penyesuaian. Untuk membuat dunia
kita diterima oleh pikiran, kita melakukan pengorganisasian
pengalaman-pengalaman yang telah terjadi. Piaget yakin bahwa kita
menyesuaikan diri dalam dua cara yaitu asimiliasi dan akomodasi.
Asimilasi
terjadi ketika individu menggabungkan informasi baru ke dalam
pengetahuan mereka yang sudah ada. Sedangkan akomodasi adalah terjadi
ketika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru.
Piaget mengatakan bahwa kita melampui perkembangan melalui empat tahap dalam memahami dunia, yaitu :
- Tahap
sensorimotor (Sensorimotor stage), yang terjadi dari lahir hingga usia 2
tahun, merupakan tahap pertama piaget. Pada tahap ini, perkembangan
mental ditandai oleh kemajuan yang besar dalam kemampuan bayi untuk
mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi (seperti melihat dan
mendengar) melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik.
- Tahap
praoperasional (preoperational stage), yang terjadi dari usia 2 hingga 7
tahun, merupakan tahap kedua piaget, pada tahap ini anak mulai
melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Mulai muncul
pemikiran egosentrisme, animisme, dan intuitif.
- Tahap
operasional konkrit (concrete operational stage), yang berlangsung dari
usia 7 hingga 11 tahun, merupakan tahap ketiga piaget. Pada tahap ini
anak dapat melakukan penalaran logis menggantikan pemikiran intuitif
sejauh pemikiran dapat diterapkan ke dalam cotoh-contoh yang spesifik
atau konkrit.
- Tahap
operasional formal (formal operational stage), yang terlihat pada usia
11 hingga 15 tahun, merupakan tahap keempat dan terkahir dari piaget.
Pada tahap ini, individu melampaui dunia nyata, pengalaman-pengalaman
konkrit dan berpikir secara abstrak dan lebih logis.
Perlu
diingat, bahwa pada setiap tahap tidak bisa berpindah ke tahap
berikutnya bila tahap sebelumnya belum selesai dan setiap umur tidak
bisa menjadi patokan utama seseorang berada pada tahap tertentu karena
tergantung dari ciri perkembangan setiap individu yang bersangkutan.
6. Teori Belajar Menurut Ausubel
Ausubel
(dalam Dahar, 1988:137) mengemukakan bahwa belajar dikatakan bermakna
(meaningful) jika informasi yang akan dipelajari peserta didik disusun
sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki peserta didik sehingga
peserta didik dapat mengaitkan informasi barunya dengan struktur
kognitif yang dimilikinya. Ausubel (dalam Dahar,1988 :142)
Menurut Ausubel, Novak,dan Hanesian ada dua jenis belajar:
- Belajar
bermakna (meaningful learning).Belajar bermakna adalah suatu proses
belajar dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur penertian yang
sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar. Belajar bermakna terjadi
bila pelajar mencoba menghubungkan fenomena baru dengan konsep yang
telah ada sebelumnya.
- Belajar
menghafal (rote learning). Bila konsep yang cocok dengan fenomena baru
itu belum ada maka informasi baru tersebut harus dipelajari secara
menghafal. Belajar menghafal ini perlu bila seseoarang memperoleh
informasi baru dalam dunia pengetahuan yang sama sekali tidak
berhubungan dengan apa yang ia ketahiu sebelumnya.
Menurut
Ausubel belajar dapat diklasifikasikan kedalam dua dimensi. Dimensi
pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran itu
disajikan kepada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Selanjutnya
dimensi kedua menyangkut bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu
pada struktur kognitif yang telah ada. Jika siswa hanya mencoba
menghafalkan informasi baru itu tanpa menghubungkan dengan struktur
kognitifnya, maka terjadilah belajar dengan hafalan.
Sebaliknya
jika siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi baru itu dengan
struktur kognitifnya maka yang terjadi adalah belajar bermakna.
Langkah-langkah belajar bermakna Ausubel adalah :
a. Pengatur awal (advance organizer)
Pengatur awal dapat digunakan untuk membantu mengaitkan konsep yang lama dengan konsep yang baru yang lebih tinggi maknanya.
b. Diferensiasi Progregsif
Dalam
pembelajaran bermakna perlu ada pengembangan dan kolaborasi konsep-
konsep. Caranya unsur yang inklusif diperkenalkan terlebih dahulu
kemudian baru lebih mendetail.
Download