Oct 7, 2011

HUBUNGAN PERSEPSI MENGENAI SUASANA RELIGIUS DALAM KELUARGA
DENGAN AKHLAK SISWA DI SEKOLAH
Oleh: J. Sulaeman, S.Pd.



Ada dua faktor utama yang berpengaruh terhadap pembentukan dan perkembangan kepribadian individu, yakni faktor genetik (keturunan) dan lingkungan sosialnya. Dan lingkungan sosial yang palaing dominan adalah keluarga.
Peran lingkungan dalam mewujudkan kepribadian seseorang, baik lingkungan pra kelahiran maupun lingkungan pasca kelahiran adalah masalah yang tidak bisa dipungkiri khususnya lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga adalah sebuah basis awal kehidupan bagi setiap manusia. Banyak hadis yang meriwayatkan pentingnya pengaruh keluarga dalam pendidikan anak dalam beberapa masalah seperti masalah aqidah, budaya, norma, emosional dan sebaginya. Keluarga menyiapkan sarana pertumbuhan dan pembentukan kepribadian anak sejak dini. Dengan kata lain kepribadian anak tergantung pada pemikiran dan perlakuan kedua orang tua dan lingkungannya.
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama yang sangat berpengaruh pada pembentukan dan pembinaan kualitas kepribadian seorang individu. Oleh karena itu nilai-nilai yang hidup dalam lingkungan keluarga akan menjadi dasar yang meletak dengan kuat bagi perkembangan kepribadian seseorang.Wiji (2006) menambahkan, bahwa keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap perkembangan kepribadian anak karena sebagian besar kehidupan anak berada di tengah-tengah keluarganya. Rasulullah SAW bersabda :
مَا مِنْ مَوْلُوْدٍ إِلاَّ يُوْلَدُ عَلَى اْلفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ (رواه البخاري و مسلم)
“Tidaklah yang dilahirkan itu kecuali dalam keadaan fitrah (suci) makakedua orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nashrani atau menjadikannya Majusi” (HR. Bukhari Muslim)
Dalam konteks inilah, maka kedudukan dan fungsi peran manusia dewasa dalam struktur keluarga, terutama kedua orang tua, akan menjadi sosok yang paling bertanggung jawab dalam membina kepribadian seorang anak. Dalam kaitan ini Saleh Lapadi (2007 : 1) menjelaskan bahwa,
Ayah dan ibu adalah teladan pertama bagi pembentukan pribadi anak. Keyakinan-keyakinan, pemikiran dan perilaku ayah dan ibu dengan sendirinya memiliki pengaruh yang sangat dalam terhadap pemikiran dan perilaku anak. Karena kepribadian manusia muncul berupa lukisan-lukisan pada  berbagai ragam situasi dan  kondisi dalam lingkungan keluarga.

Dengan kata lain, bahwa kedua orang tua dituntut harus mampu menciptakan pola kehidupan lingkungan keluarga yang edukatif, dalam arti mereka harus mampu menciptakan lingkungan keluarga sebagai lingkungan pendidikan yang efektif.
Bagi keluarga Muslim diharapkan kondisi kehidupan keluarga menampilkan pola dan suasana kehidupan yang religius, dimana nilai-nilai agama hidup secara melembaga dalam kehidupan sehari-hari di antara segenap anggota keluarga. Suasana kehidupan keluarga yang religius ini akan sangat mempengaruhi pembentukan dan perkembangan kepribadian anak. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Saleh Lapadi (2007 : 2) bahwa :


Dengan demikian keluarga senantiasa mampu mempersiapkan dasar-dasar keagamaan yang mantap sebagai bekal bagi anak untuk dapat bergaul di lingkungan yang lebih besar secara baik.
Suasana kehidupan keluarga yang religius akan mampu memberikan suatu persepsi yang positif pada anak untuk menentukan pola pikir, pola sikap dan tingkah lakunya dalam pergaulan di lingkungan yang lebih besar dan komplek, seperti di lingkungan sekolah dan masyarakat. Menurut Lewis (1982), suasana keluarga adalah suasana yang tercipta dalam suatu keluarga sebagai hasil dari  adanya interaksi antar-anggota keluarga dan akan dihayati serta dimaknakan oleh anak.
Sementara itu penelitian dalam bidang sosiologi dan kriminologi yang mengkaji tentang korelasi antara kondisi-kondisi rumah atau keluarga dan kenakalan anak atau remaja di Jakarta, menyatakan bahwa sebagian besar kenakalan remaja disebabkan oleh  broken homes dan kemiskinan. Hal ini juga menggambarkan mengenai kesulitan belajar anak atau remaja di sekolah apabila kurang mendapatkan perhatian dari keluarganya. Penyebab yang serupa juga dapat mengakibatkan gejala-gejala yang berbeda bagi anak atau remaja yang lain disebabkan oleh bagaimana kesesuaian antara anak atau remaja dengan kondisi tempat tinggalnya (Partowisastro & Hadisuparto, 1986).
Sementara itu Adeng Muchtar Ghazali (2008 :3) memberikan gambaran realitas kondisi keluarga saat ini sebagai berikut :
Bagi keluarga saat ini akan lebih bangga jika suami dan istri menjadi sosok manusia karier yang pergi pagi pulang sore atau malam hari, sementara anak cukup dititipkan di lembaga-lembaga pendidikan dalam waktu keseharian atau ditinggalkan bersama pembantu dan baby sitter. Orangtua merasa sudah menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya sebagai orangtua, ketika kebutuhan anak-anak mereka secara material sudah terpenuhi. Sehingga tidak heran akhir-akhir ini para remaja atau pun anak-anak sekolah lebih gandrung untuk beraktivitas di mal-mal, supermarket, di tempat-tempat hiburan malam, dan di jalanan ketimbang melakukan aktivitas di rumah mereka sendiri atau di tempat-tempat yang mereka bisa memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang lebih baik. Kondisi ini akhirnya membuat intensitas komunikasi atau kondisi bertatap muka antara anak dan orangtua semakin jarang. Sebab, pagi hari masing-masing sudah beraktivitas sesuai kesibukannya.

Dengan dasar pemikiran inilah, kita dapat mengasumsikan bahwa suasana keluarga yang religius memiliki hubungan dengan akhlak anak dalam pergaulan di lingkungan sekolah dan masyarakat yang lebih luas. Dengan perkataan lain bahwa suasana kehidupan keluarga yang religius akan mampu mempengaruhi dan menentukan akhlak anak di luar lingkungan keluarga.
Bagi keluarga Muslim diharapkan suasana lingkungan keluarga benar-benar bersifat religius, yakni mencerminkan pengamalan nilai-nilai Islam secara melembaga dalam kehidupan sehari-hari segenap anggota keluarganya. Dalam konteks inilah kedudukan dan fungsi peran orang dewasa dalam keluarga, terutama kedua orang tua benar-benar sangat strategis dalam memberikan pembinaan dan keteladan bagi anak-anaknya.
Suasana kehidupan keluarga yang religius akan mampu membentuk persepsi yang positif bagi pembinaan akhlak siswa, baik di lingkungan keluarga itu sendiri maupun di lingkungan pergaulan yang lebih besar dan kompleks, seperti di lingkungan sekolah dan masyarakat. Dengan persepsi yang baik inilah diharapkan menjadi dasar bagi pembentukan pola pikir, pola sikap dan pola prilaku anak dalam pergaulan di lingkungan sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu dapatlah kita berasumsi bahwa persepsi mengenai suasana keluarga yang religius memiliki korelasi dengan akhlak anak di lingkungan sekolah.




DAFTAR PUSTAKA

Ahyadi, A. Aziz. (1991), Psikologi Agama Kepribadian Muslim Pancasila, Bandung: Sinar Baru.

An-Nahlawi, Abdurrahman. (1996),  Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, Jakarta: Gema Insani Press.

Anshori, Hafi. (1991), Dasar-Dasar Ilmu Jiwa Beragama, Surabaya: Usaha Nasional.

Arifin, M. (1993), Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.

Barmawi, Bakir Yusuf.  (1993),  Pembinaaan Kehidupan Beragama Islam Pada Anak. Semarang: Dina Utama Semarang.

Bawani, Imam. (1990),  Pengantar Ilmu Jiwa Perkembangan, Surabaya: PT Bina Ilmu.

Departemen Agama RI, (1988), Al-Qur’an dan terjemahann, Jakarta : Penterjemah/Penafsir Al-Qur’an..1988.

H.M. Arifin, (1995), Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), Jakarta : BumiAksara.

Hurlock, Elizabeth B. (1996), Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga.

Jalaluddin, (2003), Psikologi Agama, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Kartono, Kartini. (1990),  Psikologi Anak: Psikologi Perkembangan, Bandung: Mandar Maju.

Mohammad Ali, 1992, Strategi Penelitian Pendidikan, Bandung : Angkasa.

Munawar. Al. Husin. Agil.Said. (2002)Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki. Jakarta : Ciputat Press.

Nawawi, Imam. (2004). Adab Belajar, Mengajar, Membaca dan Menghafaz Al-Qur’an. Jakarta : Lintas Pustaka.

Partanto, Pius A. & Al Barry, M. Dahlan, (1994),  Kamus Ilmiah Populer, Surabaya : Arkola.

Ramayulis, (1994), Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Klam Mulia.


Sobur, Alex. (1991), Anak Masa Depan, Bandung: Angkasa.

Soerjono Soekanto,(1992),Sosiologi Keluarga Tentang Ihwal Keluarga Remaja dan Anak. Jakarta :

Sudjana, 2002, Metoda Statistika, Bandung : Tarsito.

Suharsimi Arikunto, 1993, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta.

--------------------------, 2003, Manajemen Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta.

Sujiono, Bambang. & Sujiono, Y. Nurani. (2005),  Mencerdaskan Perilaku Anak Usia Dini, Jakarta: Elex Media Komputindo.

Tauhid, Abu. (1990), Beberapa Aspek Pendidikan Islam, Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga.

Tim Dosen PAI UPI Bandung, 2008, Islam Tuntutan dan Pedoman Hidup, Bandung : Value Press.

Uhbuyati, Nur. (1998), Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: CV Pustaka Setia.

Winarno Surakhmad, 1990, Pengantar Penelitian Ilmiah (Dasar Metode Teknik), Bandung : Tarsito.

Yahya, Mukhtar. (1972), Pertumbuhan Akal Dan Memanfaatkan Naluri Kanak-Kanak, Jakarta: Bulan Bintang.

Zurayk, Ma’ruf. (1998),  Bimbingan Praktis Mendidik Anak Menuju Remaja: Aku dan Anakku, Bandung: Al-Bayan.

No comments:

Post a Comment