PERAN GURU DALAM MEMBINA MOTIVASI BELAJAR SISWA
PADA PEMBELAJARAN PKn
Oleh: Jajang Sulaeman, S.Pd.
Secara konsepsional ada beberapa
bentuk dan cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk membina motivasi belajar
siswa. Sebagaimana dikemukakan oleh Sardiman A.M. 1992 : 102, yaitu : “Memberi
angka, hadiah, ego involvement, member ulangan, mengetahui hasil, pujian,
hukuman, hasrat untuk belajar dan minat”.
Dengan demikian terdapat sejumlah
cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam melaksanakan peranannya sebagai
motivator yang harus mampu membina motivasi belajar siswa dalam pembelajaran
PKn. Beberapa cara membina motivasi belajar siswa yang dapat dilakukan oleh
guru tersebut dapat penulis kemukakan sebagai berikut :
Motivasi belajar akan muncul apabila ada dorongan, dan dorongan itu
sendiri timbul bila siswa dapat memahami dan menghayati kebutuhannya sesuai
tujuan. Ini berarti tujuan merupakan salah satu aspek dari motivasi yang dapat
dijadikan cara untuk membina motivasi belajar siswa.
Untuk itu guru harus mampu merumuskan dan menjelaskan tujuan
pembelajaran dengan rinci dan jelas, sehingga benar-benar dapat dipahami oleh
siswa dan membina motivasi belajarnya secara optimal. Menurut Moh. Uzer Usman,
1990 : 25, bahwa, “Motif mendorong individu untuk mencapai tujuan. Makin jelas
tujuan, makin besar nilai tujuan bagi individu yang bersangkutan dan makin
besar pula motivasi dalam melakukan suatu perbuatan”. Kemudian Sardiman A.M.
1992 : 94, mengemukakan bahwa, “Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik
oleh siswa, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan
memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan
menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar.”
Tujuan pembelajaran yang dimaksud terutama tujuan-tujuan
pembelajaran yang lebih khusus dan operasional. Dengan demikian siswa akan
lebih jelas dan terarah dalam melakukan aktivitas belajarnya sesuai
tujuan-tujuan tersebut.
b.
Menciptakan
persaingan (kompetisi)
Guru sebagai motivator dapat dengan sengaja dan terencana
menciptakan suasana persaingan atau kompetisi belajar di antara para siswa,
baik secara individual maupun antar kelompok siswa. Aria Prasetya, 1992 : 46,
mengemukakan bahwa, “Dengan adanya kompetisi/persaingan inilah akan terjadi
situasi belajar yang mengarah kepada tercapainya tujuan pendidikan”. Suasana
persaingan ini, selain dapat membina tingkat aktivitas belajar siswa, juga
dapat berfungsi untuk meningkatkan hasil atau prestasi belajarnya.
c.
Menggunakan
insentif
Guru sebagai motivator dapat menggunakan sistem insentif atau
ganjaran untuk membina motivasi belajar siswa. Insentif ini baik yang bersifat
positif seperti pemberian hadiah, pujian dan penghargaan. Atau dapat pula yang
bersifat negatif seperti hukuman dan celaan.
Dalam hal ini W.S. Winkel, 1991 : 100, mengemukakan bahwa, “Menggunakan
insentif, seperti pujian dan hadiah berupa materi secara wajar dan tidak
berlebih-lebihan. Demikian pula, hukuman dan celaan patut diberikan bila ada
alasan yang cukup kuat, sehingga siswa tidak merasa sakit hati atau hubungan
dengan guru”. Namun demikian, diusahakan guru tidak menggunakan insentif yang
negatif dan berusaha memberikan insentif yang positif secara tepat.
Terkait dengan pemberian pujian, Sardiman A.M. 1992 : 93,
mengemukakan bahwa :
“Pujian adalah
bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik.
Oleh karena itu supaya pujian ini merupakan motivasi, pemberiannya harus tepat.
Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan
mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri”.
Sedangkan mengenai pemberikan hukum, Sardiman A.M. 1992 : 93,
menjelaskan bahwa, “Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau
diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu
guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman”.
Namun demikian, menurut hemat penulis guru senantiasa berusaha
untuk tidak menggunakan insentif atau reinfiorcement yang negatif dan berusaha
memberikan insentif atau reinforcement yang positif secara tepat. Hal ini
penting, karena bagaimanapun insentif positif akan lebih baik dampaknya kepada
psikis siswa dari pada insentif negatif.
d.
Menumbuhkan
hasrat untuk belajar
Guru sebagai motivator dapat berupaya membina motivasi belajar
dengan cara merangsang hasrat belajar siswa. Dalam hal ini Slameto, 1991 : 180,
mengemukakan bahwa, “Merangsang hasrat siswa dengan jalan memberikan pada siswa
sedikit hadiah yang akan diterimanya bila ia berusaha untuk belajar. Berikan
pada siswa penerimaan sosial, sehingga ia tahu apa yang dapat diperolehnya bila
ia berusaha lebih lanjut”.
Kemudian Sardiman A.M. 1992 : 93-94, menjelaskan bahwa :
“Hasrat untuk
belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hal ini akan
lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat
untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk
belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik”.
Dengan demikian, untuk menumbuhkan hasrat belajar pada diri siswa,
maka guru harus mampu menjelaskan nilai, makna dan tujuan pembelajaran,
sehingga siswa benar-benar dapat melakukan kegiatan belajar karena adanya rasa
butuh dan sadar tujuan.
e.
Menumbuhkan
minat
Masalah motivasi terkait erat dengan faktor minat, dimana keduanya
dapat saling menentukan secara timbal balik. Dalam perspektif ini kita melihat
minat sebagai alat motivasi yang utama, sehingga proses pembelajaran akan
berjalan dengan lancar dan terarah, apabila benar-benar disertai dengan minat
yang besar dari siswa sebagai subjek pembelajaran.
Minat merupakan kondisi atau faktor psikhis (kejiwaan) yang dapat
timbul apabila individu melihat ciri-ciri atau makna dari suatu hal yang
dikaitkan dengan kebutuhannya. Oleh karena itu guru harus mampu menunjukkan
materi dan proses pembelajaran yang mengandung makna bagi kehidupan siswa.
Dalam kaitan ini Sardiman A.M. 1992 : 94, mengemukakan bahwa :
Proses belajar
itu akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat. Mengenai minat ini antara
lain dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut :
a.
Membangkitkan adanya suatu kebutuhan.
b.
Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau.
c.
Member kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik.
d.
Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.
f.
Membina
kesadaran akan tugas belajar (ego involvement)
Motivasi belajar siswa akan tinggi apabila disertai dengan adanya
kesadaran diri (ego involvement) tentang berbagai tugas belajar. Sardiman
A.M. 1992 : 92, mengemukakan bahwa, “Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar
merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan, sehingga bekerja
keras dengan mempertahankan harga diri adalah sebagai salah satu bentuk
motivasi yang cukup penting”.
Dengan demikian, untuk membina ego involvement pada diri siswa,
maka guru sebagai motivator dapat memberikan tugas-tugas belajar yang dirasakan
penting dan dipandang sebagai suatu tantangan yang positif bagi para siswa.
Dalam hal inilah guru harus mampu memberikan berbagai tugas secara bervariasi,
bermakna dan bersifat menantang.
g.
Mengadakan
penilaian/tes
Guru dapat menjalankan dua peranan secara sekaligus, yakni sebagai
motivator dan evaluator. Dalam kajian ini guru dapat berperan sebagai motivator
dengan cara memberikan penilaian, tes atau ulangan serta kemudian memberikan
nilai secara objektif. Slameto, 1991 : 179, mengemukakan bahwa, “Siswa belajar bahwa
ada keuntungan yang diasosiasikan dengan nilai yang tinggi, dengan demikian
memberikan tes dan nilai mempunyai efek yang memotivasi siswa untuk belajar”.
Konsekuensinya, siswa akan lebih giat lagi belajar dengan tujuan
untuk dapat mengikuti tes dengan baik, sehingga dapat memperoleh hasil (nilai)
yang memuaskan. Dalam hal ini, guru sebagai motivator harus dapat merencanakan
dan melaksanakan tes dengan baik serta memberikan hasilnya kepada siswa.
h.
Memberikan
hasil tugas/pekerjaan siswa
Yang harus diperhatikan oleh guru, bukan hanya tes dan membagikan
hasilnya kepada siswa. Pemberikan tugas kepada siswa pun dapat direkayasa
sedemikian rupa, sehingga dapat memotivasi belajar siswa. Dan jangan lupa bahwa
guru harus memberikan penilaian terhadap hasil tugas yang telah dilaksanakan
siswa, lalu membagikannya kepada siswa.
Berkaitan dengan pemberian hasil tugas belajar siswa ini, Sardiman
A.M. 1992 : 93, mengemukakan bahwa, “Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi
kalau terjadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin
mengetahui bahwa grafik hasil belajar
meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu
harapan hasilnya terus meningkat.”
Itulah di antara upaya-upaya yang
dapat dilakukan oleh guru sebagai motivator dalam membina motivasi belajar
siswa pada proses pembelajaran PKn. Di samping bentuk-bentuk upaya sebagaimana
yang telah diuraikan di atas, tentu masih banyak cara lain yang bisa
dipergunakan untuk membangkitkan motivasi belajar siswa. Namun demikian, uraian
yang penulis kemukakan di atas dirasa cukup memberikan gambaran tentang peran
guru dalam membina motivasi belajar siswa pada proses pembelajaran PKn.
No comments:
Post a Comment