Motivasi Belajar Siswa
Oleh: Jajang Sulaeman, S.Pd.
1.
Pengertian
Motivasi Belajar Siswa
Siswa adalah unsur manusiawi yang penting dalam proses
pembelajaran, karena pada dasarnya siswa-lah yang menjadi subjek pembelajaran. Sardiman
A.M. 1992 : 109, mengemukakan, “Siswa atau anak didik adalah salah satu
komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar
mengajar”.
Yang dimaksud siswa di sini adalah peserta didik yakni “anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran
yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu”. Pasal 1 angka
4 UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas.
Adapun tugas inti dari siswa adalah belajar. Nana Sudjana, 1988 :
17, mengemukakan, “Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang”. Kemudian H. Mohammad Ali, 1992 : 14,
mengemukakan, “Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan
perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungannya.”
Dalam konteks pembelajaran PKn, A. Kosasih Djahiri, 1995 : 3,
memberikan pengertian sebagai berikut :
Belajar adalah
proses dialog antar potensi diri dengan berbagai media pengajaran dan melalui
berbagai reka upaya kegiatan, sehingga mampu menyerap (menginternalisasi dan
mempribadikan) bahan ajar menjadi milik dirinya.
Belajar adalah
proses transaksi/interaksi antar struktur potensi diri dengan guru atau
sesuatu, sehingga terjadi proses internalisasi/ personalisasi sesuatu serta
tercipta perubahan diri.
Berdasarkan pengertian di atas cukup jelas bahwa siswa-lah yang menjadi
komponen sentral dalam proses pembelajaran, dalam mana siswa pula yang harus
melakukan proses belajar secara optimal dan terarah sesuai tujuan. Kondisi ini
hanya akan terwujud apabila siswa itu sendiri memiliki motivasi untuk belajar
secara optimal.
Istilah “motivasi” berasal dari bahasa Inggris yakni “motivation”
yang kata dasarnya “motive”. Dalam Oxford Dictionary yang dikutip oleh Romli
Atmasasmita, 1983 : 44, dikemukakan, “Kata ‘motive’ berarti
kecenderungan adanya inisiatif untuk bergerak”. Jadi “motive” adalah
tendensi yang ada pada diri seseorang yang membangkitkan suatu dorongan untuk
melakukan sesuatu.
Apabila motif-motif tersebut sudah aktif, maka terwujudlah menjadi
suatu motivasi, terutama apabila ada urgensi untuk mencapai atau memenuhi
sesuatu kebutuhan atau tujuan. Moh. Uzer Usman, 1990 : 24, mengemukakan, “Motivasi
adalah suatu proses untuk menggiatkan motif menjadi perbuatan atau tingkah laku
untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam
diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam
mencapai tujuan tertentu”.
Motivasi dapat muncul secara disadari atau tidak disadari,
sebagaimana dikemukakan oleh Abin Syamsudin Makmun, 1984 : 9, berikut ini :
Motivasi itu
ialah :
* suatu
kekuatan (power) atau tenaga (forces) atau daya (energy)
* suatu
keadaan yang kompleks (a complex state) dan kesiapsediaan (preparatory set)
dalam diri
individu (organisme) untuk bergerak (to move, motion, motive) kea rah tujuan
tertentu baik disadari maupun tidak disadari.
Motivasi terjadi dalam suatu lingkaran yang terbentuk oleh adanya
tiga faktor, sebagaimana dikemukakan oleh Singgih D. Gunarsa, 1982 : 16, bahwa,
“Terdapat tiga faktor yang membentuk suatu lingkaran yang dikenal dengan
lingkaran motivasi, yaitu : kebutuhan, tingkah laku, dan tujuan.” Dengan
demikian, motivasi seseorang akan terbentuk apabila ia telah menyadari akan
kebutuhannya, sehingga mendorongnya untuk melakukan sesuatu secara terarah pada
tujuannya, yakni pemenuhan kebutuhan tersebut.
Motivasi sangat penting sekali fungsinya bagi siswa dalam proses
pembelajaran, karena pada dasarnya siswa-lah yang memiliki kebutuhan dan
menjadi subjek pembelajaran. Menurut W.S. Winkel, 1991 : 92, “Motivasi belajar
adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah
pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan.” Oleh karena itu motivasi
belajar akan menentukan tingkat aktivitas siswa, intensitas belajar dan
keterarahan kegiatan belajar siswa sesuai target pembelajaran yang telah
ditentukan.
Dari beberapa pengertian di atas penulis dapat menyebutkan beberapa
unsur yang terkadung dari pengertian motivasi belajar siswa, yaitu :
a.
Motivasi
belajar merupakan daya penggerak psikis dalam diri siswa.
b.
Daya penggerak
tersebut menimbulkan aktivitas belajar yang optimal.
c.
Menjamin
kelangsungan proses pembelajaran yang terarah sesuai tujuan yang telah
ditentukan.
2.
Fungsi Motivasi
Belajar Siswa
Dari pengertian motivasi belajar yang telah dikemukakan di atas
telah tersirat adanya beberapa fungsi yang terkandung di dalamnya. Dalam kaitan
ini Romli Atmasasmita, 1983 : 44, mengemukakan bahwa :
* Motivasi
itu mendorong seseorang untuk melakukan suatu perbuatan dimana motivasi
mempunyai peranan sebagai tenaga penggerak atau motor yang memberikan daya
energi dalam mewujudkan suatu perbuatan.
* Motivasi
menentukan arah tujuan perhubungan yaitu untuk merealisir tujuannya atau
cita-citanya.
* Motivasi
itu sebenarnya mengadakan koreksi terhadap perbuatan yang akan kita lakukan
sendiri.
Dari pendapat tersebut di atas tersirat ada tiga fungsi motivasi
belajar yaitu :
a.
Motivasi
belajar berfungsi sebagai motor penggerak bagi siswa untuk melakukan aktivitas
belajar secara optimal.
b.
Motivasi
belajar berfungsi sebagai penjamin dan penentu arah kegiatan belajar siswa
sesuai tujuan pembelajaran.
c.
Motivasi
belajar berfungsi untuk menentukan jenis kegiatan belajar siswa yang relevan
guna mencapai tujuan pembelajaran.
Selain itu, motivasi belajar juga berfungsi untuk menimbulkan daya
usaha dan hasil belajar siswa yang optimal. Dalam hal ini Sardiman A.M. 1992 : 85,
mengemukakan, “Motivasi belajar berfungsi sebagai pendorong usaha dan
pencapaian prestasi”. Di sini motivasi berfungsi untuk menumbuhkan ketekunan,
semangat, kreativitas dan daya juang yang tinggi pada diri siswa untuk mencapai
tingkat prestasi belajar yang optimal.
3.
Macam-Macam
Motivasi Belajar Siswa
Dalam permasalahan ini telah banyak para ahli psikologi pendidikan
yang mengemukakan adanya bermacam-macam motivasi belajar siswa. Sardiman A.M.
1992 : 102, mengemukakan, “Motivasi dapat diklasifikasikan : dilihat dari dasar
pembentukannya yaitu motivasi bawaan dan motivasi yang dipelajari; menurut
pembagian Woodwarth dan Marquis terdiri dari : motivasi karena kebutuhan
organis, motivasi darurat, dan motivasi objektif; ada juga motivasi jasmaniah
dan rohaniah. Di samping itu ada motivasi intrinsik dan ekstrinsik”.
Dari beberapa macam kategori
motivasi di atas, penulis akan lebih menfokuskan pada pembagian motivasi
intrinsik dan ekstrinsik, karena kategori inilah yang lebih banyak dijadikan
perhatian dalam studi kependidikan.
Motivasi instrinsik dan ekstrinsik adalah pembagian motivasi
dilihat dari sumber timbulnya jenis motivasi yang bersangkutan. Sehubungan
dengan motivasi intrinsik, Moh. Uzer Usman, 1990 : 24, mengemukakan bahwa, “Jenis
motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam diri individu sendiri tanpa
adanya paksaan dan dorongan dari orang lain, tetapi atas kemauan sendiri.” Jadi
secara teoritis, motivasi intrinsik muncul tanpa adanya peran orang lain atau
faktor-faktor di luar diri individu itu sendiri.
Sedangkan mengenai motivasi ekstrinsik, Moh. Uzer Usman, 1990 : 24,
mengemukakan bahwa, “Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari
luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan atau paksaan dari orang
lain, sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu
atau belajar.” Jadi secara teoritis bahwa motivasi ekstrinsik terbentuk setelah
adanya stimulus atau peranan dari faktor-faktor di luar diri individu sendiri.
Penulis mengemukakan bahwa pemisahan antara motivasi intrinsik dan
ekstrinsik itu hanya bersifat teoritis saja, karena pada prakteknya kedua macam
motivasi itu sulit untuk dipisahkan serta satu sama lain saling mempengaruhi
dalam membina motivasi belajar siswa. Namun demikian, dari kedua macam motivasi
belajar tersebut tentu yang harus lebih dominan dan lebih baik bagi aktivitas
belajar adalah motivasi intrinsik, dimana siswa akan melakukan aktivitas
belajar secara terarah dan optimal secara sukarela, dikarenakan telah menyadari
adanya suatu kebutuhan akan belajar. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Sardiman
A.M. 1992 : 26 bahwa, “Belajar akan lebih mantap dan efektif bila didorong
dengan motivasi, terutama motivasi dari dalam/dasar kebutuhan/kesadaran atau
intrinsic motivation, lain halnya belajar dengan karena rasa takut atau
dibarengi dengan rasa tertekan dan menderita.”
Sekalipun demikian, tidaklah berarti motivasi ekstrinsik tidak
penting, lalu guru tidak perlu berupaya untuk membina motivasi belajar siswa.
Kedua macam motivasi belajar tersebut harus ada secara bersamaan dan saling
mendukung guna mengoptimalkan aktivitas belajar siswa. Dengan perspektif
inilah, maka peranan guru sebagai motivator menjadi amat penting untuk
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
No comments:
Post a Comment