HUBUNGAN PERSEPSI MENGENAI SUASANA RELIGIUS DALAM KELUARGA
DENGAN AKHLAK SISWA DI SEKOLAH
Oleh: J. Sulaeman, S.Pd.
Ada dua faktor utama yang berpengaruh terhadap pembentukan dan
perkembangan kepribadian individu, yakni faktor genetik (keturunan) dan
lingkungan sosialnya. Dan lingkungan sosial yang palaing dominan adalah
keluarga.
Peran
lingkungan dalam mewujudkan kepribadian seseorang, baik lingkungan pra
kelahiran maupun lingkungan pasca kelahiran adalah masalah yang tidak bisa
dipungkiri khususnya lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga adalah sebuah
basis awal kehidupan bagi setiap manusia. Banyak hadis yang meriwayatkan
pentingnya pengaruh keluarga dalam pendidikan anak dalam beberapa masalah
seperti masalah aqidah, budaya, norma, emosional dan sebaginya. Keluarga
menyiapkan sarana pertumbuhan dan pembentukan kepribadian anak sejak dini.
Dengan kata lain kepribadian anak tergantung pada pemikiran dan perlakuan kedua
orang tua dan lingkungannya.
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama yang sangat
berpengaruh pada pembentukan dan pembinaan kualitas kepribadian seorang
individu. Oleh karena itu nilai-nilai yang hidup dalam lingkungan keluarga akan
menjadi dasar yang meletak dengan kuat bagi perkembangan kepribadian seseorang.Wiji
(2006) menambahkan, bahwa keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama
dan utama. Keluarga memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap perkembangan
kepribadian anak karena sebagian besar kehidupan anak berada di tengah-tengah
keluarganya. Rasulullah SAW bersabda :
مَا
مِنْ مَوْلُوْدٍ إِلاَّ يُوْلَدُ عَلَى اْلفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ
أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ (رواه البخاري و مسلم)
“Tidaklah yang dilahirkan itu kecuali dalam
keadaan fitrah (suci) makakedua orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi,
Nashrani atau menjadikannya Majusi”
(HR. Bukhari Muslim)
Dalam konteks inilah, maka kedudukan dan fungsi peran manusia
dewasa dalam struktur keluarga, terutama kedua orang tua, akan menjadi sosok
yang paling bertanggung jawab dalam membina kepribadian seorang anak. Dalam
kaitan ini Saleh Lapadi (2007 : 1) menjelaskan bahwa,
Ayah dan ibu adalah teladan pertama bagi
pembentukan pribadi anak. Keyakinan-keyakinan, pemikiran dan perilaku ayah dan
ibu dengan sendirinya memiliki pengaruh yang sangat dalam terhadap pemikiran
dan perilaku anak. Karena kepribadian manusia muncul berupa lukisan-lukisan
pada berbagai ragam situasi dan kondisi dalam lingkungan keluarga.
Dengan kata lain, bahwa kedua orang tua dituntut harus mampu
menciptakan pola kehidupan lingkungan keluarga yang edukatif, dalam arti mereka
harus mampu menciptakan lingkungan keluarga sebagai lingkungan pendidikan yang
efektif.
Bagi keluarga Muslim diharapkan kondisi kehidupan keluarga
menampilkan pola dan suasana kehidupan yang religius, dimana nilai-nilai agama
hidup secara melembaga dalam kehidupan sehari-hari di antara segenap anggota
keluarga. Suasana kehidupan keluarga yang religius ini akan sangat mempengaruhi
pembentukan dan perkembangan kepribadian anak. Hal ini sebagaimana dikemukakan
oleh Saleh Lapadi (2007 : 2) bahwa :
Keluarga
berperan sebagai faktor pelaksana dalam mewujudkan nilai-nilai,
keyakinan-keyakinan dan persepsi budaya sebuah masyarakat.Ayah dan ibulah yang harus melaksanakan tugasnya di
hadapan anaknya. Khususnya ibu yang harus memfokuskan dirinya dalam menjaga
akhlak, jasmani dan kejiwaannya pada masa pra kehamilan sampai masa kehamilan
dengan harapan Allah memberikan kepadanya anak yang sehat dan saleh.
Dengan
demikian keluarga senantiasa mampu mempersiapkan dasar-dasar keagamaan yang
mantap sebagai bekal bagi anak untuk dapat bergaul di lingkungan yang lebih
besar secara baik.
Suasana kehidupan keluarga yang religius akan mampu memberikan
suatu persepsi yang positif pada anak untuk menentukan pola pikir, pola sikap
dan tingkah lakunya dalam pergaulan di lingkungan yang lebih besar dan komplek,
seperti di lingkungan sekolah dan masyarakat. Menurut Lewis (1982), suasana
keluarga adalah suasana yang tercipta dalam suatu keluarga sebagai hasil
dari adanya interaksi antar-anggota
keluarga dan akan dihayati serta dimaknakan oleh anak.
Sementara itu penelitian dalam bidang sosiologi dan kriminologi
yang mengkaji tentang korelasi antara kondisi-kondisi rumah atau keluarga dan
kenakalan anak atau remaja di Jakarta, menyatakan bahwa sebagian besar kenakalan
remaja disebabkan oleh broken homes dan
kemiskinan. Hal ini juga menggambarkan mengenai kesulitan belajar anak atau
remaja di sekolah apabila kurang mendapatkan perhatian dari keluarganya.
Penyebab yang serupa juga dapat mengakibatkan gejala-gejala yang berbeda bagi
anak atau remaja yang lain disebabkan oleh bagaimana kesesuaian antara anak
atau remaja dengan kondisi tempat tinggalnya (Partowisastro & Hadisuparto,
1986).
Sementara itu Adeng Muchtar Ghazali
(2008 :3) memberikan gambaran realitas kondisi keluarga saat ini sebagai
berikut :
Bagi keluarga saat ini akan lebih
bangga jika suami dan istri menjadi sosok manusia karier yang pergi pagi pulang
sore atau malam hari, sementara anak cukup dititipkan di lembaga-lembaga
pendidikan dalam waktu keseharian atau ditinggalkan bersama pembantu dan baby
sitter. Orangtua merasa sudah menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya
sebagai orangtua, ketika kebutuhan anak-anak mereka secara material sudah
terpenuhi. Sehingga tidak heran akhir-akhir ini para remaja atau pun anak-anak
sekolah lebih gandrung untuk beraktivitas di mal-mal, supermarket, di
tempat-tempat hiburan malam, dan di jalanan ketimbang melakukan aktivitas di
rumah mereka sendiri atau di tempat-tempat yang mereka bisa memperoleh
pengetahuan dan pengalaman yang lebih baik. Kondisi ini akhirnya membuat
intensitas komunikasi atau kondisi bertatap muka antara anak dan orangtua
semakin jarang. Sebab, pagi hari masing-masing sudah beraktivitas sesuai
kesibukannya.
Dengan dasar pemikiran inilah, kita dapat mengasumsikan bahwa
suasana keluarga yang religius memiliki hubungan dengan akhlak anak dalam
pergaulan di lingkungan sekolah dan masyarakat yang lebih luas. Dengan
perkataan lain bahwa suasana kehidupan keluarga yang religius akan mampu
mempengaruhi dan menentukan akhlak anak di luar lingkungan keluarga.
Bagi keluarga Muslim diharapkan suasana lingkungan keluarga
benar-benar bersifat religius, yakni mencerminkan pengamalan nilai-nilai Islam
secara melembaga dalam kehidupan sehari-hari segenap anggota keluarganya. Dalam
konteks inilah kedudukan dan fungsi peran orang dewasa dalam keluarga, terutama
kedua orang tua benar-benar sangat strategis dalam memberikan pembinaan dan
keteladan bagi anak-anaknya.
Suasana kehidupan keluarga yang religius akan mampu membentuk
persepsi yang positif bagi pembinaan akhlak siswa, baik di lingkungan keluarga
itu sendiri maupun di lingkungan pergaulan yang lebih besar dan kompleks,
seperti di lingkungan sekolah dan masyarakat. Dengan persepsi yang baik inilah
diharapkan menjadi dasar bagi pembentukan pola pikir, pola sikap dan pola
prilaku anak dalam pergaulan di lingkungan sekolah dan masyarakat. Oleh karena
itu dapatlah kita berasumsi bahwa persepsi mengenai suasana keluarga yang
religius memiliki korelasi dengan akhlak anak di lingkungan sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Ahyadi, A. Aziz. (1991), Psikologi Agama Kepribadian Muslim
Pancasila, Bandung: Sinar Baru.
An-Nahlawi, Abdurrahman. (1996),
Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, Jakarta: Gema
Insani Press.
Anshori, Hafi. (1991), Dasar-Dasar Ilmu Jiwa Beragama,
Surabaya: Usaha Nasional.
Arifin, M. (1993), Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi
Aksara.
Barmawi, Bakir Yusuf. (1993), Pembinaaan Kehidupan Beragama Islam Pada
Anak. Semarang: Dina Utama Semarang.
Bawani, Imam. (1990), Pengantar
Ilmu Jiwa Perkembangan, Surabaya: PT Bina Ilmu.
Departemen Agama RI, (1988), Al-Qur’an dan terjemahann, Jakarta
: Penterjemah/Penafsir Al-Qur’an..1988.
H.M. Arifin, (1995), Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum),
Jakarta : BumiAksara.
Hurlock, Elizabeth B. (1996), Psikologi Perkembangan,
Jakarta: Erlangga.
Jalaluddin, (2003), Psikologi Agama, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Kartono, Kartini. (1990), Psikologi
Anak: Psikologi Perkembangan, Bandung: Mandar Maju.
Mohammad Ali, 1992, Strategi
Penelitian Pendidikan, Bandung : Angkasa.
Munawar. Al. Husin. Agil.Said. (2002)Al-Qur’an Membangun Tradisi
Kesalehan Hakiki. Jakarta : Ciputat Press.
Nawawi, Imam. (2004). Adab Belajar, Mengajar, Membaca dan
Menghafaz Al-Qur’an. Jakarta : Lintas Pustaka.
Partanto, Pius A. & Al Barry, M. Dahlan, (1994), Kamus Ilmiah Populer, Surabaya : Arkola.
Ramayulis, (1994), Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Klam
Mulia.
Saleh
Lapadi, 2007, Peran lingkungan keluarga dalam membentuk
kepribadian anak, http://salehlapadi.wordpress.com/2007/02/25/[9
okt 2010]
Sobur, Alex. (1991), Anak Masa Depan, Bandung: Angkasa.
Soerjono Soekanto,(1992),Sosiologi Keluarga Tentang Ihwal
Keluarga Remaja dan Anak. Jakarta :
Sudjana, 2002, Metoda Statistika, Bandung : Tarsito.
Suharsimi Arikunto,
1993, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka
Cipta.
--------------------------, 2003, Manajemen Penelitian, Jakarta : Rineka
Cipta.
Sujiono, Bambang. & Sujiono, Y. Nurani. (2005), Mencerdaskan Perilaku Anak Usia Dini,
Jakarta: Elex Media Komputindo.
Tauhid, Abu. (1990), Beberapa Aspek Pendidikan Islam,
Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga.
Tim Dosen PAI UPI
Bandung, 2008, Islam Tuntutan dan Pedoman Hidup, Bandung : Value Press.
Uhbuyati, Nur. (1998), Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: CV
Pustaka Setia.
Winarno Surakhmad,
1990, Pengantar Penelitian Ilmiah (Dasar Metode Teknik), Bandung : Tarsito.
Yahya, Mukhtar. (1972), Pertumbuhan Akal Dan Memanfaatkan Naluri
Kanak-Kanak, Jakarta: Bulan Bintang.
Zurayk, Ma’ruf. (1998), Bimbingan
Praktis Mendidik Anak Menuju Remaja: Aku dan Anakku, Bandung: Al-Bayan.
No comments:
Post a Comment