Oct 2, 2011

Motivasi Belajar Siswa
Oleh: Jajang Sulaeman, S.Pd.


1.   Pengertian Motivasi Belajar Siswa
Siswa adalah unsur manusiawi yang penting dalam proses pembelajaran, karena pada dasarnya siswa-lah yang menjadi subjek pembelajaran. Sardiman A.M. 1992 : 109, mengemukakan, “Siswa atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar”.
Yang dimaksud siswa di sini adalah peserta didik yakni “anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu”. Pasal 1 angka 4 UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas.
Adapun tugas inti dari siswa adalah belajar. Nana Sudjana, 1988 : 17, mengemukakan, “Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Kemudian H. Mohammad Ali, 1992 : 14, mengemukakan, “Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungannya.”
Dalam konteks pembelajaran PKn, A. Kosasih Djahiri, 1995 : 3, memberikan pengertian sebagai berikut :
Belajar adalah proses dialog antar potensi diri dengan berbagai media pengajaran dan melalui berbagai reka upaya kegiatan, sehingga mampu menyerap (menginternalisasi dan mempribadikan) bahan ajar menjadi milik dirinya.
Belajar adalah proses transaksi/interaksi antar struktur potensi diri dengan guru atau sesuatu, sehingga terjadi proses internalisasi/ personalisasi sesuatu serta tercipta perubahan diri.

Berdasarkan pengertian di atas cukup jelas bahwa siswa-lah yang menjadi komponen sentral dalam proses pembelajaran, dalam mana siswa pula yang harus melakukan proses belajar secara optimal dan terarah sesuai tujuan. Kondisi ini hanya akan terwujud apabila siswa itu sendiri memiliki motivasi untuk belajar secara optimal.
Istilah “motivasi” berasal dari bahasa Inggris yakni “motivation” yang kata dasarnya “motive”. Dalam Oxford Dictionary yang dikutip oleh Romli Atmasasmita, 1983 : 44, dikemukakan, “Kata ‘motive’ berarti kecenderungan adanya inisiatif untuk bergerak”. Jadi “motive” adalah tendensi yang ada pada diri seseorang yang membangkitkan suatu dorongan untuk melakukan sesuatu.
Apabila motif-motif tersebut sudah aktif, maka terwujudlah menjadi suatu motivasi, terutama apabila ada urgensi untuk mencapai atau memenuhi sesuatu kebutuhan atau tujuan. Moh. Uzer Usman, 1990 : 24, mengemukakan, “Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu”.
Motivasi dapat muncul secara disadari atau tidak disadari, sebagaimana dikemukakan oleh Abin Syamsudin Makmun, 1984 : 9, berikut ini :
Motivasi itu ialah :
*      suatu kekuatan (power) atau tenaga (forces) atau daya (energy)
*      suatu keadaan yang kompleks (a complex state) dan kesiapsediaan (preparatory set)
dalam diri individu (organisme) untuk bergerak (to move, motion, motive) kea rah tujuan tertentu baik disadari maupun tidak disadari.

Motivasi terjadi dalam suatu lingkaran yang terbentuk oleh adanya tiga faktor, sebagaimana dikemukakan oleh Singgih D. Gunarsa, 1982 : 16, bahwa, “Terdapat tiga faktor yang membentuk suatu lingkaran yang dikenal dengan lingkaran motivasi, yaitu : kebutuhan, tingkah laku, dan tujuan.” Dengan demikian, motivasi seseorang akan terbentuk apabila ia telah menyadari akan kebutuhannya, sehingga mendorongnya untuk melakukan sesuatu secara terarah pada tujuannya, yakni pemenuhan kebutuhan tersebut.
Motivasi sangat penting sekali fungsinya bagi siswa dalam proses pembelajaran, karena pada dasarnya siswa-lah yang memiliki kebutuhan dan menjadi subjek pembelajaran. Menurut W.S. Winkel, 1991 : 92, “Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan.” Oleh karena itu motivasi belajar akan menentukan tingkat aktivitas siswa, intensitas belajar dan keterarahan kegiatan belajar siswa sesuai target pembelajaran yang telah ditentukan.
Dari beberapa pengertian di atas penulis dapat menyebutkan beberapa unsur yang terkadung dari pengertian motivasi belajar siswa, yaitu :
a.    Motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dalam diri siswa.
b.    Daya penggerak tersebut menimbulkan aktivitas belajar yang optimal.
c.    Menjamin kelangsungan proses pembelajaran yang terarah sesuai tujuan yang telah ditentukan.

2.   Fungsi Motivasi Belajar Siswa
Dari pengertian motivasi belajar yang telah dikemukakan di atas telah tersirat adanya beberapa fungsi yang terkandung di dalamnya. Dalam kaitan ini Romli Atmasasmita, 1983 : 44, mengemukakan bahwa :
*      Motivasi itu mendorong seseorang untuk melakukan suatu perbuatan dimana motivasi mempunyai peranan sebagai tenaga penggerak atau motor yang memberikan daya energi dalam mewujudkan suatu perbuatan.
*      Motivasi menentukan arah tujuan perhubungan yaitu untuk merealisir tujuannya atau cita-citanya.
*      Motivasi itu sebenarnya mengadakan koreksi terhadap perbuatan yang akan kita lakukan sendiri.

Dari pendapat tersebut di atas tersirat ada tiga fungsi motivasi belajar yaitu :
a.    Motivasi belajar berfungsi sebagai motor penggerak bagi siswa untuk melakukan aktivitas belajar secara optimal.
b.    Motivasi belajar berfungsi sebagai penjamin dan penentu arah kegiatan belajar siswa sesuai tujuan pembelajaran.
c.    Motivasi belajar berfungsi untuk menentukan jenis kegiatan belajar siswa yang relevan guna mencapai tujuan pembelajaran.
Selain itu, motivasi belajar juga berfungsi untuk menimbulkan daya usaha dan hasil belajar siswa yang optimal. Dalam hal ini Sardiman A.M. 1992 : 85, mengemukakan, “Motivasi belajar berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi”. Di sini motivasi berfungsi untuk menumbuhkan ketekunan, semangat, kreativitas dan daya juang yang tinggi pada diri siswa untuk mencapai tingkat prestasi belajar yang optimal.

3.   Macam-Macam Motivasi Belajar Siswa
Dalam permasalahan ini telah banyak para ahli psikologi pendidikan yang mengemukakan adanya bermacam-macam motivasi belajar siswa. Sardiman A.M. 1992 : 102, mengemukakan, “Motivasi dapat diklasifikasikan : dilihat dari dasar pembentukannya yaitu motivasi bawaan dan motivasi yang dipelajari; menurut pembagian Woodwarth dan Marquis terdiri dari : motivasi karena kebutuhan organis, motivasi darurat, dan motivasi objektif; ada juga motivasi jasmaniah dan rohaniah. Di samping itu ada motivasi intrinsik dan ekstrinsik”.
 Dari beberapa macam kategori motivasi di atas, penulis akan lebih menfokuskan pada pembagian motivasi intrinsik dan ekstrinsik, karena kategori inilah yang lebih banyak dijadikan perhatian dalam studi kependidikan.
Motivasi instrinsik dan ekstrinsik adalah pembagian motivasi dilihat dari sumber timbulnya jenis motivasi yang bersangkutan. Sehubungan dengan motivasi intrinsik, Moh. Uzer Usman, 1990 : 24, mengemukakan bahwa, “Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam diri individu sendiri tanpa adanya paksaan dan dorongan dari orang lain, tetapi atas kemauan sendiri.” Jadi secara teoritis, motivasi intrinsik muncul tanpa adanya peran orang lain atau faktor-faktor di luar diri individu itu sendiri.
Sedangkan mengenai motivasi ekstrinsik, Moh. Uzer Usman, 1990 : 24, mengemukakan bahwa, “Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain, sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar.” Jadi secara teoritis bahwa motivasi ekstrinsik terbentuk setelah adanya stimulus atau peranan dari faktor-faktor di luar diri individu sendiri.
Penulis mengemukakan bahwa pemisahan antara motivasi intrinsik dan ekstrinsik itu hanya bersifat teoritis saja, karena pada prakteknya kedua macam motivasi itu sulit untuk dipisahkan serta satu sama lain saling mempengaruhi dalam membina motivasi belajar siswa. Namun demikian, dari kedua macam motivasi belajar tersebut tentu yang harus lebih dominan dan lebih baik bagi aktivitas belajar adalah motivasi intrinsik, dimana siswa akan melakukan aktivitas belajar secara terarah dan optimal secara sukarela, dikarenakan telah menyadari adanya suatu kebutuhan akan belajar. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Sardiman A.M. 1992 : 26 bahwa, “Belajar akan lebih mantap dan efektif bila didorong dengan motivasi, terutama motivasi dari dalam/dasar kebutuhan/kesadaran atau intrinsic motivation, lain halnya belajar dengan karena rasa takut atau dibarengi dengan rasa tertekan dan menderita.”
Sekalipun demikian, tidaklah berarti motivasi ekstrinsik tidak penting, lalu guru tidak perlu berupaya untuk membina motivasi belajar siswa. Kedua macam motivasi belajar tersebut harus ada secara bersamaan dan saling mendukung guna mengoptimalkan aktivitas belajar siswa. Dengan perspektif inilah, maka peranan guru sebagai motivator menjadi amat penting untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

No comments:

Post a Comment