Oct 7, 2011

Persepsi Mengenai Suasana Religius dalam Keluarga

 PERSEPSI MENGENAI SUASANA RELIGIUS DALAM KELUARGA
Oleh : Jajang Sulaeman, S.Pd.
 
1.    Persepsi
a.    Pengertian Persepsi
Manusia sejak diciptakan dan dilahirkan lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk ciptaan lainnya. Perbedaan itu tidak hanya dari penampilan fisiknya saja (jasmani), tetapi manusia dibekali dengan akal perasaan dan panca indra. Dengan potensi itulah manusia dapat menangkap rangsangan dan mengenal dunia luar, sehingga mampu mengenali dirinya sendiri dan menilai stimulus yang ditangkapnya serta melakukan penyesuaian terhadap keadaan sekitarnya, yang mana hal ini berkaitan dengan persepsi (perception).
Sedangkan kemampuan manusia untuk membedakan, mengelompokkan, memfokuskan yang ada dilingkungan sekitar mereka disebut sebagai kemampuan untuk mengorganisasikan pengamatan atau persepsi. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya.
Persepsi berasal dari bahasa Inggris yakni kata “perception”. Dalam  Kamus Besar Bahasa Indonesia  dijelaskan bahwa “Persepsi adalah proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya” (Alwi, 2007: 863).

Untuk memberikan gambaran tentang pengertian persepsi berikut penulis kemukakan menurut pendapat beberapa ahli, antara lain :
1)   Walgito (1992:69) mengemukakan :
Persepsi sebagai pengorganisasian penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu”. Sehingga menurut Walgito, karena persepsi merupakan “aktivitas yang  integrated, maka seluruh pribadi, seluruh apa yang ada dalam diri individu ikut aktif berperan dalam persepsi itu.
 2)   Robins (2001:88) mendefinisikan persepsi sebagai “suatu proses yang ditempuh individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka agar memberikan makna bagi lingkungan mereka”.   
3)   Thaha (2002:123) persepsi didefinisikan sebagai “proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman”. 
4)   Jalaludin Rahmat (2003:51) mengemukakan bahwa “persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan”.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah aktivitas menerima (melalui panca indera), menyeleksi, mengorganisasikan, menginterpretasikan serta menilai tentang stimulus yang berada dalam lingkungan dan menghasilkan suatu makna tertentu yang unik yang berbeda dengan kenyataannya.

b.   Objek Persepsi
Persepsi terjadi karena adanya objek, waktu, dan tempat. Sebagaimana disebutkan bahwa persepsi itu merupakan proses pengamatan, maka hal-hal apa yang diamati dapat dibedakan atas dua bentuk dan disebut sebagai obyek persepsi.
Bima Kurniawan (dalam www.facebook.com) mengemukakan tentang objek persepsi bahwa :
Objek persepsi bisa berupa apa saja yaitu segala sesuatu yang ada disekitar manusia. Karena banyaknya objek persepsi, maka pada umumnya objek persepsi diklasifikasikan. Objek persepsi dibedakan atas objek non manusia yang sering disebut non social perception atau things perception, dan objek manusia yang sering disebut person perception atau social perception

Manusia termasuk di dalamnya kehidupan sosial manusia, nilai-nilai kultural dan lain-lain, dalam hal ini digunakan istilah persepsi interpersonal. Sedangkan objek non-manusia adalah benda-benda mati seperti balok, pohon dan sebagainya.
Dalam hal mempersepsi antara objek manusia dan non-manusia mempunyai beberapa persamaan dan perbedaan. Persamaannya yaitu apabila manusia dipandang sebagai objek benda yang terikat pada waktu dan tempat seperti benda yang lain. Namun perbedaannya, apabila yang dipersepsi itu manusia, maka objek yang dipersepsi mempunyai aspek-aspek yang sama dengan yang mempersepsi dan hal ini tidak dimiliki apabila yang dipersepsi itu non-manusia. Karena itu pada objek persepsi, yaitu manusia yang dipersepsi, lingkungan yang melatarbelakangi objek yang dipersepsi, dan perseptor sendiri akan sangat menentukan dalam hasil persepsi.

c.    Proses Terjadinya Persepsi
Walgito (dalam Hamka, 2002:12) menyatakan bahwa terjadinya persepsi merupakan suatu yang terjadi dalam tahap-tahap berikut :
1)   Tahap pertama, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses kealaman atau proses fisik, merupakan proses ditangkapnya suatu stimulus oleh alat indera manusia.
2)   Tahap kedua, merupakan tahap yang dikenal dengan proses fisiologis, merupakan proses diteruskannya stimulus yang diterima oleh reseptor (alat indera) melalui saraf sensoris.
3)   Tahap ketiga, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses psikologik, merupakan proses timbulnya kesadaran individu tentang stimulus yang diterima reseptor.
4)   Tahap keempat, merupakan hasil yang diperoleh dari proses persepsi yaitu berupa tanggapan dan perilaku. (www.masbow.com).

Sedangkan menurut pendapat para ahli bahwa proses persepsi terjadi melalui tiga tahap, yaitu :
1)   Tahap penerimaan stimulus, baik stimulus fisik maupun stimulus sosial melalui alat indera manusia, yang dalam proses ini mencakup pula pengenalan dan pengumpulan informasi tentang stimulus yang ada.
2)   Tahap pengolahan stimulus sosial melalui proses seleksi serta pengorganisasian informasi.
3)   Tahap perubahan stimulus yang diterima individu dalam menanggapi lingkungan melalui proses kognisi yang dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala serta pengetahuan individu. (www.masbow.com).

Menurut Walgito (2002: 50) mengenai proses terjadinya persepsi dapat diuraikan sebagai berikut :
Objek persepsi akan dipersepsi oleh individu, dan hasil persepsi akan dicerminkan oleh sikap yang diambil oleh individu yang bersangkutan. Dalam mempersepsi objek, individu akan dipengaruhi oleh pengetahuan, pengalaman, cakrawala, keyakinan dan proses belajar, dan hasil proses persepsi ini akan merupakan pendapat atau keyakinan individu mengenai obyek, dan ini berkaitan dengan segi kognisi. Afeksi akan mengiringi hasil kognisi terhadap objek sebagai aspek  evaluatif, yang dapat bersifat positif atau negatif. Hasil evaluasi aspek afeksi akan mengait segi konasi, yaitu merupakan kesiapan untuk memberikan respon terhadap obyek, kesiapan untuk bertindak, kesiapan untuk berprilaku. Keadaan lingkungan akan memberikan pengaruh terhadap obyek maupun pada individu yang bersangkutan.

Dalam proses terbentuknya persepsi tersebut, terdapat tiga aspek sikap yang menonjol dalam diri individu yang bersangkutan sebagai berikut:
1)   Aspek kognisi, yaitu menyangkut  pengharapan, cara mendapatkan pengetahuan atau cara berfikir dan pengalaman masa lalu. Individu dalam mempersiapkan sesuatu dapat dilatarbelakangi oleh adanya aspek kognisi, yaitu pandangan individu terhadap sesuatu berdasarkan dari keinginan atau pengharapan dari cara individu tersebut memandang sesuatu berdasarkan pengalaman dari yang pernah didengar atau dilihatnya dalam kehidupan sehari-hari.
2)   Aspek konasi, yaitu yang menyangkut  sikap, perilaku, aktivitas, dan motif. Individu dalam mempersepsikan sesuatu bisa melalui aspek konasi yaitu pandangan individu terhadap sesuatu yang berhubungan dengan motif perilaku individu dalam kehidupan sehari-hari.
3)   Aspek afeksi, yaitu yang menyangkut  emosi dari individu. Individu dalam mempersepsikan sesuatu bisa melalui aspek afeksi yang berlandaskan pada individu tersebut, hal ini dapat muncul karena adanya pendidikan moral dan etika yang di dapat sejak kecil. Pendidikan tentang etika dan moral inilah yang akhirnya menjadi landasan individu dalam memandang sesuatu yang terjadi disekitarnya.

d.   Indikator Persepsi
Di dalam proses persepsi individu dituntut untuk memberikan penilaian terhadap suatu obyek yang dapat bersifat positif atau negatif, senang atau tidak senang dan sebagainya. Dengan adanya persepsi maka akan terbentuk sikap, yaitu suatu kecenderungan yang stabil untuk berlaku atau bertindak secara tertentu di dalam situasi yang tertentu pula.
Menurut Adler & Rodman (2009) terdapat tiga indikator persepsi yaitu :
1)   Seleksi (selection). Seleksi adalah tindakan memperhatikan rangsangan tertentu dalam lingkungan.
2)   Organisasi (organization). Setelah menyeleksi informasi dari lingkungan, kita mengorganisasikannya dengan merangkainya sehingga menjadi bermakna.
3)   Interpretasi (interpretation). Interpretasi adalah proses subjektif dari menjelaskan persepsi ke dalam cara yang kita mengerti. (id.answers.yahoo.com)

No comments:

Post a Comment