Oct 2, 2011

PERAN GURU DALAM MEMBINA MOTIVASI BELAJAR SISWA
PADA PEMBELAJARAN PKn
Oleh: Jajang Sulaeman, S.Pd.




Dalam proses pembelajaran PKn, faktor motivasi belajar siswa sangat penting artinya guna menjamin intensitas, mengoptimalkan, mengefektifkan  aktivitas belajar siswa sesuai target pembelajaran yang telah ditentukan. Motivasi belajar ini tidak bisa diserahkan begitu saja pada kadar motivasi intrinsik masing-masing siswa, tetapi harus gayung bersambut dengan adanya motivasi ekstrinsik, terutama yang diupayakan oleh guru sebagai motivator pembelajaran.
Secara konsepsional ada beberapa bentuk dan cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk membina motivasi belajar siswa. Sebagaimana dikemukakan oleh Sardiman A.M. 1992 : 102, yaitu : “Memberi angka, hadiah, ego involvement, member ulangan, mengetahui hasil, pujian, hukuman, hasrat untuk belajar dan minat”.
Dengan demikian terdapat sejumlah cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam melaksanakan peranannya sebagai motivator yang harus mampu membina motivasi belajar siswa dalam pembelajaran PKn. Beberapa cara membina motivasi belajar siswa yang dapat dilakukan oleh guru tersebut dapat penulis kemukakan sebagai berikut :
a.    Mengemukakan tujuan pembelajaran secara jelas.
Motivasi belajar akan muncul apabila ada dorongan, dan dorongan itu sendiri timbul bila siswa dapat memahami dan menghayati kebutuhannya sesuai tujuan. Ini berarti tujuan merupakan salah satu aspek dari motivasi yang dapat dijadikan cara untuk membina motivasi belajar siswa.
Untuk itu guru harus mampu merumuskan dan menjelaskan tujuan pembelajaran dengan rinci dan jelas, sehingga benar-benar dapat dipahami oleh siswa dan membina motivasi belajarnya secara optimal. Menurut Moh. Uzer Usman, 1990 : 25, bahwa, “Motif mendorong individu untuk mencapai tujuan. Makin jelas tujuan, makin besar nilai tujuan bagi individu yang bersangkutan dan makin besar pula motivasi dalam melakukan suatu perbuatan”. Kemudian Sardiman A.M. 1992 : 94, mengemukakan bahwa, “Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar.”
Tujuan pembelajaran yang dimaksud terutama tujuan-tujuan pembelajaran yang lebih khusus dan operasional. Dengan demikian siswa akan lebih jelas dan terarah dalam melakukan aktivitas belajarnya sesuai tujuan-tujuan tersebut.
b.    Menciptakan persaingan (kompetisi)
Guru sebagai motivator dapat dengan sengaja dan terencana menciptakan suasana persaingan atau kompetisi belajar di antara para siswa, baik secara individual maupun antar kelompok siswa. Aria Prasetya, 1992 : 46, mengemukakan bahwa, “Dengan adanya kompetisi/persaingan inilah akan terjadi situasi belajar yang mengarah kepada tercapainya tujuan pendidikan”. Suasana persaingan ini, selain dapat membina tingkat aktivitas belajar siswa, juga dapat berfungsi untuk meningkatkan hasil atau prestasi belajarnya.
c.    Menggunakan insentif
Guru sebagai motivator dapat menggunakan sistem insentif atau ganjaran untuk membina motivasi belajar siswa. Insentif ini baik yang bersifat positif seperti pemberian hadiah, pujian dan penghargaan. Atau dapat pula yang bersifat negatif seperti hukuman dan celaan.
Dalam hal ini W.S. Winkel, 1991 : 100, mengemukakan bahwa, “Menggunakan insentif, seperti pujian dan hadiah berupa materi secara wajar dan tidak berlebih-lebihan. Demikian pula, hukuman dan celaan patut diberikan bila ada alasan yang cukup kuat, sehingga siswa tidak merasa sakit hati atau hubungan dengan guru”. Namun demikian, diusahakan guru tidak menggunakan insentif yang negatif dan berusaha memberikan insentif yang positif secara tepat.
Terkait dengan pemberian pujian, Sardiman A.M. 1992 : 93, mengemukakan bahwa :
“Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu supaya pujian ini merupakan motivasi, pemberiannya harus tepat. Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri”.

Sedangkan mengenai pemberikan hukum, Sardiman A.M. 1992 : 93, menjelaskan bahwa, “Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman”.
Namun demikian, menurut hemat penulis guru senantiasa berusaha untuk tidak menggunakan insentif atau reinfiorcement yang negatif dan berusaha memberikan insentif atau reinforcement yang positif secara tepat. Hal ini penting, karena bagaimanapun insentif positif akan lebih baik dampaknya kepada psikis siswa dari pada insentif negatif.
d.    Menumbuhkan hasrat untuk belajar
Guru sebagai motivator dapat berupaya membina motivasi belajar dengan cara merangsang hasrat belajar siswa. Dalam hal ini Slameto, 1991 : 180, mengemukakan bahwa, “Merangsang hasrat siswa dengan jalan memberikan pada siswa sedikit hadiah yang akan diterimanya bila ia berusaha untuk belajar. Berikan pada siswa penerimaan sosial, sehingga ia tahu apa yang dapat diperolehnya bila ia berusaha lebih lanjut”.
Kemudian Sardiman A.M. 1992 : 93-94, menjelaskan bahwa :
“Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik”.

Dengan demikian, untuk menumbuhkan hasrat belajar pada diri siswa, maka guru harus mampu menjelaskan nilai, makna dan tujuan pembelajaran, sehingga siswa benar-benar dapat melakukan kegiatan belajar karena adanya rasa butuh dan sadar tujuan.
e.    Menumbuhkan minat
Masalah motivasi terkait erat dengan faktor minat, dimana keduanya dapat saling menentukan secara timbal balik. Dalam perspektif ini kita melihat minat sebagai alat motivasi yang utama, sehingga proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar dan terarah, apabila benar-benar disertai dengan minat yang besar dari siswa sebagai subjek pembelajaran.
Minat merupakan kondisi atau faktor psikhis (kejiwaan) yang dapat timbul apabila individu melihat ciri-ciri atau makna dari suatu hal yang dikaitkan dengan kebutuhannya. Oleh karena itu guru harus mampu menunjukkan materi dan proses pembelajaran yang mengandung makna bagi kehidupan siswa. Dalam kaitan ini Sardiman A.M. 1992 : 94, mengemukakan bahwa :
Proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat. Mengenai minat ini antara lain dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut :
a.    Membangkitkan adanya suatu kebutuhan.
b.    Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau.
c.    Member kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik.
d.   Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.

f.     Membina kesadaran akan tugas belajar (ego involvement)
Motivasi belajar siswa akan tinggi apabila disertai dengan adanya kesadaran diri (ego involvement) tentang berbagai tugas belajar. Sardiman A.M. 1992 : 92, mengemukakan bahwa, “Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan, sehingga bekerja keras dengan mempertahankan harga diri adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting”.
Dengan demikian, untuk membina ego involvement pada diri siswa, maka guru sebagai motivator dapat memberikan tugas-tugas belajar yang dirasakan penting dan dipandang sebagai suatu tantangan yang positif bagi para siswa. Dalam hal inilah guru harus mampu memberikan berbagai tugas secara bervariasi, bermakna dan bersifat menantang.
g.    Mengadakan penilaian/tes
Guru dapat menjalankan dua peranan secara sekaligus, yakni sebagai motivator dan evaluator. Dalam kajian ini guru dapat berperan sebagai motivator dengan cara memberikan penilaian, tes atau ulangan serta kemudian memberikan nilai secara objektif. Slameto, 1991 : 179, mengemukakan bahwa, “Siswa belajar bahwa ada keuntungan yang diasosiasikan dengan nilai yang tinggi, dengan demikian memberikan tes dan nilai mempunyai efek yang memotivasi siswa untuk belajar”.
Konsekuensinya, siswa akan lebih giat lagi belajar dengan tujuan untuk dapat mengikuti tes dengan baik, sehingga dapat memperoleh hasil (nilai) yang memuaskan. Dalam hal ini, guru sebagai motivator harus dapat merencanakan dan melaksanakan tes dengan baik serta memberikan hasilnya kepada siswa.
h.   Memberikan hasil tugas/pekerjaan siswa
Yang harus diperhatikan oleh guru, bukan hanya tes dan membagikan hasilnya kepada siswa. Pemberikan tugas kepada siswa pun dapat direkayasa sedemikian rupa, sehingga dapat memotivasi belajar siswa. Dan jangan lupa bahwa guru harus memberikan penilaian terhadap hasil tugas yang telah dilaksanakan siswa, lalu membagikannya kepada siswa.
Berkaitan dengan pemberian hasil tugas belajar siswa ini, Sardiman A.M. 1992 : 93, mengemukakan bahwa, “Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa  grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat.”
Itulah di antara upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh guru sebagai motivator dalam membina motivasi belajar siswa pada proses pembelajaran PKn. Di samping bentuk-bentuk upaya sebagaimana yang telah diuraikan di atas, tentu masih banyak cara lain yang bisa dipergunakan untuk membangkitkan motivasi belajar siswa. Namun demikian, uraian yang penulis kemukakan di atas dirasa cukup memberikan gambaran tentang peran guru dalam membina motivasi belajar siswa pada proses pembelajaran PKn.

No comments:

Post a Comment