Oct 9, 2011

Prestasi Belajar Siswa

PRESTASI BELAJAR SISWA
Oleh: Jajang Sulaeman, S.Pd.




1.    Pengertian Prestasi Belajar Siswa
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni "prestasi" dan "belajar", mempunyai arti yang berbeda. Untuk memahami lebih  jauh  tentang  pengertian  prestasi  belajar,  peneliti  menjabarkan  makna dari kedua kata tersebut.
Prestasi adalah suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individual atau kelompok. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999:787) yang dimaksud dengan  prestasi  adalah  “hasil  yang  telah  dicapai  (dilakukan, dikerjakan  dan  sebagainya).”

Sedangkan  Saiful  Bahri  Djamarah  (1994:20) mengutip  dari Mas'ud Hasan Abdul Qahar,  bahwa  “prestasi  adalah  apa yang  telah dapat diciptakan, hasil  pekerjaan,  hasil  yang menyenangkan  hati  yang  diperoleh  dengan  jalan keuletan kerja.” Kemudian Nasrun Harahap dalam (Saiful  Bahri  Djamarah, 1994:21) berpendapat bahwa prestasi  adalah  "penilaian  pendidikan  tentang  perkembangan  dan  kemajuan siswa  berkenaan  dengan  penguasaan  bahan  pelajaran  yang  disajikan  kepada siswa.”
Dari pengertian di atas bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan seseorang atau kelompok yang telah dikerjakan, diciptakan dan menyenagkan hati yang diperoleh dengan jalan bekerja.
Untuk  memahami  pengertian  tentang belajar berikut dikemukakan beberapa pengertian belajar diantaranya :
Menurut Slameto (2003:2) bahwa belajar ialah "Suatu usaha yang  dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan  tingkah  laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam  interaksi dengan lingkungannya.”
Muhibbinsyah (2002:82)  mengemukakan bahwa  belajar  adalah  "tahapan  perubahan  seluruh  tingkah  laku individu yang relatife menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.”
Begitu juga menurut James O. Whitaker yang dikutip oleh Wasty Soemanto (1990:98)  memberikan  definisi  bahwa  belajar  adalah  "proses  dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan dan pengalaman".
Berdasarkan  beberapa  pendapat  di  atas  bahwa  belajar  merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar dan rutin pada seseorang sehingga akan mengalami perubahan secara individu baik pengetahuan, keterampilan,  sikap dan tingkah laku yang dihasilkan dari proses latihan dan pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Adapun  pengertian  prestasi  belajar  dalam  Kamus  Besar  Bahasa Indonesia (1999:787) adalah  "penguasaan  pengetahuan  atau  keterampilan  yang dikembangkan  oleh  mata  pelajaran,  lazimnya  ditunjukkan  dengan  nilai  tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.” Dalam hal ini prestasi  belajar merupakan suatu kemajuan dalam perkembangan siswa setelah ia  mengikuti kegiatan belajar dalam waktu tertentu. Seluruh pengetahuan, keterampilan, kecakapan dan perilaku individu terbentuk dan berkembang melalui proses belajar. 
Jadi prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa selama berlangsungnya proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu, umumnya prestasi belajar dalam sekolah berbentuk pemberian nilai (angka) dari guru kepada siswa sebagai indikasi sejauhmana siswa telah menguasai materi pelajaran yang disampaikannya, biasanya prestasi belajar ini dinyatakan dengan angka, huruf, atau kalimat dan terdapat dalam periode tertentu.

2.    Macam-macam Prestasi Belajar Siswa
Pada  prinsipnya,  pengungkapan  hasil  belajar  ideal  meliputi segenap  ranah  psikologis  yang  berubah  sebagai  akibat  pengalaman  dan proses  belajar  siswa.  Yang  dapat  dilakukan  guru  dalam  hal  ini  adalah mengambil cuplikan perubahan  tingkah  laku yang dianggap penting yang dapat mencerminkan  perubahan  yang  terjadi  sebagai  hasil  belajar  siswa, baik  yang  berdimensi  cipta  dan  rasa maupun  karsa. Kunci  pokok  untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa adalah mengetahui garis-garis besar  indikator (penunjuk adanya prestasi belajar) dikaitkan dengan jenis-jenis prestasi yang hendak diukur. (Muhibbin Syah, 2002:150).
Dalam sebuah situs yang membahas Taksonomi Bloom, dikemukakan  mengenai teori Bloom yang menyatakan bahwa, tujuan belajar siswa  diarahkan untuk mencapai ketiga ranah. Ketiga ranah tersebut adalah ranah  kognitif,  afektif dan psikomotorik. Dalam proses kegiatan belajar mengajar, maka melalui ketiga ranah ini pula akan terlihat tingkat  keberhasilan  siswa  dalam menerima hasil pembelajaran atau ketercapaian siswa dalam  penerimaan pembelajaran.  Dengan  kata  lain, prestasi belajar akan terukur melalui ketercapaian siswa dalam penguasaan ketiga  ranah  tersebut. Maka Untuk  lebih  spesifiknya,  penulis  akan  akan menguraikan ketiga ranah kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai yang terdapat dalam teori Bloom (http://id.wikipedia.org/wiki) berikut:
a.    Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri dari dua bagian: Bagian pertama adalah berupa Pengetahuan (kategori 1) dan bagian kedua berupa Kemampuan dan Keterampilan Intelektual (kategori 2-6).
1)   Pengetahuan (Knowledge)
Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar dan sebagainya.
Pengetahuan juga diartikan sebagai kemampuan mengingat akan hal-hal yang pernah dipelajaridan disimpan dalam ingatan. (WS Winkel, 1996:247)
2)   Pemahaman (Comprehension)
Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan untuk menangkap makna dan arti yang dari bahan yang dipelajari.45 Pemahaman juga dikenali dari kemampuan untuk membaca dan memahami gambaran, laporan, tabel, diagram, arahan, peraturan, dan sebagainya.

3)   Aplikasi (Application)
Aplikasi atau penerapan diartikansebagai kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus atau problem yang konkret dan baru.47 Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dan sebagainya di dalam kondisi kerja. (WS Winkel, 1996:247)

4)   Analisis (Analysis)
Analisis didefinisikan sebagai kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik. (WS Winkel, 1996:247) Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit.

5)   Sintesis (Synthesis)
Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru. (WS Winkel, 1996:247) Sintesis satu tingkat di atas analisa. Seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan.

6)   Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi diartikan sebagai kemampuan untik membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu, yang berdasarkan criteria tertentu. (WS Winkel, 1996:247) Evaluasi dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya.

b.    Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
Tujuan pendidikan ranah afektif adalah hail belajar atau kemampuan yang berhubungan dengan sikap atau afektif. Taksonomi tujuan pendidikan ranah afektif terdiri dari aspek:
1)   Penerimaan (Receiving/Attending)
Penerimaan mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangsangan itu, seperti buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleg guru. (WS Winkel, 1996:248)
2)   Tanggapan (Responding)
Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan.

3)   Penghargaan (Valuing)
Penghargaan atau penilaian mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu.mulai dibentuk suatu sikap menerima, menolak atau mengabaikan, sikap itu dinyatakan dalam tingkah laku yang sesuai dengan konsisten dengan sikap batin. (WS Winkel, 1996:248)
4)   Pengorganisasian (Organization)
Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten.
Pengorganisasian juga mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. Nilai- nilai yang diakui dan diterima ditempatkan pada suatu skala nilai mana yang pokok dan selalu harus diperjuangkan, mana yang tidak begitu penting. (WS Winkel, 1996:248)
5)   Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value Complex)
Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya-hidupnya.
Karakterisasinya mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikin rupa, sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya sendiri. (WS Winkel, 1996:248)

c.    Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.

Alisuf Sabri (1996:99-100) dalam buku Psikologi Pendidikan menjelaskan, bahwa :
Keterampilan ini disebut motorik karena keterampilan ini melibatkan secara langsung otot, urat dan persendian, sehingga keterampilan benar-benar berakar pada kejasmanian. Orang yang memiliki keterampilan motorik mampu melakukan serangkaian gerakan tubuh dalam urutan tertentu dengan mengadakan koordinasi gerakan-gerakan anggota tubuh secara terpadu. Ciri khas dari keterampilan motorik ini ialah adanya kemampuan automatisme, yaitu gerakan-gerik yang terjadi berlangsung secara teratur dan berjalan dengan enak, lancar dan luwes tanpa harus disertai pikiran tentang apa yang harus dilakukan dan mengapa hal itu dilakukan. Keterampilan motorik lainnya yang kaitannya dengan pendidikan agama ialah keterampilan membaca dan menulis huruf Arab, keterampilan membaca dan melagukan ayat-ayat Al-Qur.an, keterampilan melaksanakan gerakan-gerakan shalat. Semua jenis keterampilan tersebut diperoleh melalui proses belajar dengan prosedur latihan.

3.    Penilaian Prestasi Belajar Siswa
Pengukuran dan penilaian mempunyai hubungan yang sangat erat dengan evaluasi. Evaluasi dilakukan setelah dilakukan pengukuran, artinya keputusan (judgement) yang harus ada dalam setiap evaluasi berdasar data yang diperoleh dari pengukuran. Untuk mengetahui seberapa jauh pengalaman belajar yang telah dimiliki siswa, dilakukan pengukuran tingkat pencapaian siswa. Dari hasil pengukuran ini guru memberikan evaluasi atas keberhasilan pengajaran dan selanjutnya melakukan langkah-langkah guna perbaikan proses belajar mengajar berikutnya.
Secara rinci, fungsi evaluasi dalam pengajaran dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu:
a)   Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan siswasetelah melakukan kegiatan belajar selama jangka waktu tertentu.
b)   Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pengajaran.
c)   Untuk keperluan bimbingan konseling.
d)  Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah yang bersangkutan.
Salah satu tahap kegiatan evaluasi, baik yang berfungsi formatif maupun sumatif adalah tahap pengumpulan informasi melalui pengukuran. Menurut Darsono (2000, 110-111) pengumpulan informasi hasil belajar dapat ditempuh melalui dua cara yaitu:
a.    Teknik Tes
Teknik tes biasanya dilakukan di sekolah-sekolah dalam rangka mengakhiri tahun ajaran atau semester. Pada akhir tahun sekolah mengadakan tes akhir tahun. Menurut pola jawabannya tes dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu, tes objektif, tes jawaban singkat, dan tes uraian.
b.   Teknik Non Tes
Pengumpulan informasi atau pengukuran dalam evaluasi hasil belajar dapat juga dilakukan melalui observasi, wawancara dan angket. Teknik non tes lebih banyak digunakan untuk mengungkap kemampuan psikomotorik dan hasil belajar efektif.

4.    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa
Prestasi belajar yang berupa indeks prestasi adalah nilai kredit rata-rata yang merupakan satuan nilai yang menggambarkan mutu prestasi belajar siswa selama satu semester, dalam rangka menyelesaikan program belajar yang dibebankan kepadanya, selanjutnya prestasi belajar juga menunjukkan sejauh mana daya serap yang dicapai siswa dalam belajar.
Daya serap yang tinggi akan digambarkan pada prestasi belajar yang tinggi. Daya serap yang rendah akan digambarkan dengan prestasi belajar yang rendah pula. Maka dalam hal tersebut dimana daya kemampuan seorang siswa yang berbeda-beda dapat disebabkan adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Tingkat intelegensi siswa memang salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, namun hal itu bukanlah faktor utama, ada faktor-faktor lain yang mendukung prestasi belajar yang diperoleh siswa. Seperti dinyatakan oleh Slameto (1995:130) bahwa “Prestasi belajar siswa tidak semata-mata ditentukan oleh tingkat kemampuan intelektualnya, tetapi ada faktor-faktor lain, seperti : motivasi, sikap, kesehatan fisik dan mental, kepribadian, ketekunan dan lain-lain.”
Begitu pula Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991:130) berpendapat bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dilihat dari faktor dalam diri (faktor internal) dan faktor dari luar diri (faktor eksternal) individu, yang penulis ringkas penjelasannya sebagai berikut :
a.    Faktor internal terdiri dari :
1)   Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan ataupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya.
2)   Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, yang terdiri atas :
a)   Faktor intelektif yang meliputi :
(1)     Faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat.
(2)     Faktor kecakapan yang nyata yaitu prestasi yang dimiliki.
b)   Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, minat, kebiasaan, motivasi, emosi, kebutuhan dan penyesuaian diri.
3)   Faktor kematangan fisik maupun psikis.
b.   Faktor eksternal terdiri dari :
1)   Faktor sosial yang terdiri dari :
a)   Lingkungan keluarga
Yang merupakan salah satu lembaga yang amat menentukan terhadap pembentukan pribadi anak, karena dalam keluarga inilah anak menerima pendidikan dan bimbingan pertama kali dari orangtua dan anggota keluarga lainnya. Di dalam keluarga inilah seorang yang masih dalam usia muda diberikan dasar-dasar kepribadian, karena pada usia ini anak lebih peka terhadap pengaruh yang datang dari luar dirinya. Faktor ekonomi keluargapun sangat menentukan, belajar di sekolah baik di desa apalagi di kota tak akan luput dari unsur biaya. Keluarga yang memiliki perekonomian yang memadai akan turut menjamin keberhasilan anak dalam kegiatan belajarnya.
b)   Lingkungan sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang amat penting bagi kelangsungan pendidikan anak. Sebab tidak semahal yang dapat diajarkan di lingkungan keluarga karena terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki oleh orang tua. Sekolah bertugas sebagai pembantu dalam memberikan pandidikan dan pengajaran kepada anak-anak mengenai apa yang tidak didapat atau tidak ada kesempatan orang tua untuk memberikan penddidikan dan pengajaran di dalam keluarga.
c)    Lingkungan masyarakat.
d)   Lingkungan kelompok.
2)   Faktor budaya, seperti : adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.
3)   Faktor lingkungan fisik, seperti : fasilitas rumah, fasilitas belajar, dan iklan.
4)   Faktor lingkungan spiritual dan keamanan.
Sedangkan Alisuf Sabri (1996:59) menggolongkan faktor internal dan eksternal yang penulis rangkum sebagai berikut :
a.    Faktor internal siswa
1)   Faktor sosiologis siswa terdiri dari kondisi kesehatan dan kebugaran fisik dan kondisi panca inderanya terutama penglihatan dan pendengaran.
2)   Faktor psikologis yang akan mempengaruhi keberhasilan siswa adalah minat, intelegensia, motivasi dan kemampuan kognitif seperti : kemampuan persepsi, ingatan, berfikir dan kemampuan dasar pengetahuan (bahan appersepsi) yang dimiliki siswa.
b.   Faktor eksternal siswa
1)   Faktor-faktor lingkungan
Faktor lingkungan siswa ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu faktor lingkungan alam atau non-sosial dan faktor lingkungan sosial. Yang termasuk lingkungan non sosial adalah keadaan suhu, kelembagaan udara, waktu (pagi, siang, malam), tempat, letak gedung sekolah dan sebagainya.
2)   Faktor-faktor instrumental
Faktor ini terdiri dari gedung atau sarana fisik kelas, sarana atau alat pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum atau materi pelajaran serta strategi belajar mengajar yang digunakan akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.

5.    Indikator Prestasi Belajar Siswa
Pada perinsipnya,pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagi akibat pengalaman fan proses belajar siswa. Namun demikian, pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah, khususnya ranah rasa siswa, sangat sullit karena perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (tidak dapat diraba). Oleh karena itu, yang dapat dilakukan oleh guru dalam hal ini adalah mengambil indikator yaitu cuplikan atau gambaran perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahn yang terjadi sebagai hasil belajar siswa baik yang berdimensi cipta, rasa, ataupun karsa. Diantara indikator-indikator hasil belajar siswa berdasarkan ketiga dimensi tersebut adalah :
a.    Indikator ranah cipta (kognitif)
1)   Pengamatan : dapat menunjukan, membandingkan, dan menghubungkan.
2)   Ingatan : dapat menyebutkan dan menunjukan kembali.
3)   Pemahaman : sapat menjelaskan dan mendefinisikan dengan lisan sendiri.
4)   Penerapan : dapat memberikan contoh dan mengungkapakan secara tepat.
5)   Sintesis (pemeriksaan dan pemilihan secara teliti) : dapat menguraikan dan mengklasifikasikan.
6)   Analisisi (membuat paduan baru dan utuh) : dapat menghubungkan,menyimpulkam,dan menggeneralisasikan (membuat perinsip baru).
b.    Indikator ranah rasa (afektif)
1)   Penerimaan : menunjukan sikap menerima dan menolak.
2)   Sambutan : Kesediaan berpartisipasi/terlibat dan memanfaatkan.
3)   Apresiasi (sikap menghargai) : menganggap penting dan bermanfaat, indah dan harmonis, serta mengagumi.
4)   Internalilsasi (pendalaman) : mengakui dan meyakini atau mengingkari.
5)   Karakterisasi (penghayatan) : melambangkan atau meniadakan dan menjelmakan atau berperilaku dalam sehari-hari.
c.    Indikator ranah karsa (psikomotor)
1)   Keterampilan bergerak dan bertindak : mengkoordinasikan gerakan seluruh anggota tubuh
2)   Kecakapan ekspresi verbal dan nonverbal : mengucapkan dan membuat mimik serta gerakan jasmani.
Setelah mengetahui indikator prestasi belajar seperti di atas, guru perlu pula mengetahui bagaimana kiat menetapkan batas minimal keberhasilan belajar para siswanya.Hal ini penting karena berhasil dalam arti luas bukanlah sesuatu yang mudah. Keberhasilan dalam arti luas berarti keberhasilan yang meliputi ranah cipta,rasa,dan karsa.
Ada beberapa alternatif pengukuran tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti belajar-mengajar.Diantara norma pengukuran tersebut:
a.    Norma skala angka dari 0 sampai 10
Nilai terendah yang menyatakan kelulusan belajar skala ini adalah 5,5 atau 6
b.    Norma sekala angka dari 0 sampai 100
Nilai terendah yang menyatakan kelulusan belajar sekala ini adalah 50 atau 60
Selain norma-norma tersebut di atas,ada pula norma lain yang di negara kita baru berlaku di perguruan tinggi yaitu norma prestasi belajar yang menggunakan simbol huruf A-E.
8 – 10
=
80 – 100
=
3,1 – 4
A
Sangat baik
7 – 7,9
=
70 – 79
=
2,1 – 3
B
Baik
6 – 8,9
=
60 – 69
=
1,1 – 2
C
Cukup
5 – 5,9
=
50 – 59
=
1
D
Kurang
0 – 4,9
=
0 – 49
=
0
E
Gagal

Skala diantara 0-4 yang berinterval jauh lebih pendek daripada yang lainnya itu dipakai untuk menetapkan Indeks Prestasi (IP) mahasiswa di pergutuan tinggi.

No comments:

Post a Comment