PEMBAHASAN KISI-KISI
UKG ONLINE 2015 PKN SMP/MTS
KOMPETENSI UTAMA : PROFESIONAL
Kompetensi Inti Guru
2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu.
Kompetensi Guru Mata Pelajaran
2.1. Memahami kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu.
Indokator Esensial
2.1.15. Menjelaskan pengertian Bhinneka Tunggal Ika.
Pengertian Bhinneka Tunggal Ika
Bhinneka Tunggal Ika adalah motto atau semboyan bangsa Indonesia.
Dalam buku Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara (2012:196)
dimana dalam buku tersebut mengutip pendapat Suhandi Sigit, menyatakan
ungkapan Bhinneka Tunggal Ika dapat ditemukan dalam Kitab Sutasoma yang
ditulis oleh Mpu Tantular pada abad XIV di masa Kerajaan Majapahit.
Dalam kitab tersebut Mpu Tantular menulis “Rwaneka dhatu winuwus Buddha
Wiswa, Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen, Mangka ng Jinatwa
kalawan Siwatatwa tunggal, Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa”
(Bahwa agama Buddha dan Siwa (Hindu) merupakan zat yang berbeda, tetapi
nilai-nilai kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal. Terpecah
belah, tetapi satu jua, artinya tak ada dharma yang mendua).
Nama Mpu Tantular sendiri terdiri dari tan (tidak) dan tular
(terpangaruh), dengan demikian, Mpu Tantular adalah seorang Mpu
(cendekiawan, pemikir) yang berpendirian teguh, tidak mudah terpengaruh
oleh siapa pun.
Ungkapan dalam bahasa Jawa Kuno tersebut, secara
harfiah mengandung arti bhinneka (beragam), tunggal (satu), ika (itu)
yaitu beragam satu itu. Doktrin yang bercorak teologis ini semula
dimaksudkan agar antara agama Buddha (Jina) dan agama Hindu (Siwa) dapat
hidup berdampingan dengan damai dan harmonis, sebab hakikat kebenaran
yang terkandung dalam ajaran keduanya adalah tunggal (satu).
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika mulai menjadi pembicaraan terbatas antara
Muhammad Yamin, Bung Karno, I Gusti Bagus Sugriwa dalam sidang-sidang
BPUPKI sekitar dua setengah bulan sebelum Proklamasi. Bahkan Bung
Hatta sendiri mengatakan bahwa Bhinneka Tunggal Ika adalah ciptaan Bung
Karno setelah Indonesia merdeka. Setelah beberapa tahun kemudian ketika
merancang Lambang Negara Republik Indonesia dalam bentuk Garuda Pancasila, semboyan Bhinneka Tunggal Ika dimasukkan ke dalamnya.
Secara resmi lambang tersebut dipakai dalam Sidang Kabinet Republik
Indonesia Serikat yang dipimpin Bung Hatta pada 11 Februari 1950
berdasarkan rancangan yang dibuat oleh Sultan Hamid II (1913-1978).
Dalam sidang tersebut muncul beberapa usulan rancangan lambang negara,
kemudian yang dipilih adalah usulan yang dibuat Sultan Hamid II dan
Muhammad Yamin, dan rancangan dari Sultan Hamid yang kemudian
ditetapkan.
Dalam buku Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara (2012:196) selanjutnya dinyatakan ketika perumusan konstitusi
Indonesia, jasa Muh.Yamin dicatat sebagai tokoh yang pertama kali
mengusulkan kepada Bung Karno agar Bhinneka Tunggal Ika dijadikan
semboyan negara. Konon, di sela-sela Sidang BPUPKI antara Mei-Juni 1945,
Muh. Yamin menyebut-nyebut ungkapan Bhinneka Tunggal Ika itu sendirian.
Namun I Gusti Bagus Sugriwa (temannya dari Buleleng) yang duduk di
sampingnya sontak menyambut sambungan ungkapan itu dengan “tan hana
dharma mangrwa.” Sambungan spontan ini di samping menyenangkan Yamin,
sekaligus menunjukkan bahwa di Bali ungkapan Bhinneka Tunggal Ika itu
masih hidup dan dipelajari orang (Prabaswara, I Made, 2003). Meskipun
KitabSutasoma ditulis oleh seorang sastrawan Buddha, pengaruhnya cukup
besar di lingkungan masyarakat intelektual Hindu Bali.
Para
pendiri bangsa Indonesia yang sebagian besar beragama Islam tampaknya
cukup toleran untuk menerima warisan Mpu Tantular tersebut. Sikap
toleran ini merupakan watak dasar suku-suku bangsa di Indonesia yang
telah mengenal beragam agama, berlapis-lapis kepercayaan dan tradisi,
jauh sebelum Islam datang ke Nusantara.
Download
No comments:
Post a Comment